Kurs Rupiah Sideways di Tengah Sentimen Dovish dari Beberapa Bank Sentral di Kawasan Asia Selama Sepekan

photo author
- Sabtu, 24 Februari 2024 | 11:16 WIB
Kurs Rupiah Sideways di Tengah Sentimen Dovish dari Beberapa Bank Sentral di Kawasan Asia Selama Sepekan
Kurs Rupiah Sideways di Tengah Sentimen Dovish dari Beberapa Bank Sentral di Kawasan Asia Selama Sepekan

realitasonline.id - Kurs Rupiah sideways di tengah sentimen dovish dari beberapa bank sentral di kawasan Asia Selama Sepekan.

Diperdagangan kurs rupiah menguat dalam sepekan periode 19-23 Februari 2024 di pasar spot.

Baca Juga: Kurs Rupiah Melemah 0,05% Ditutup di Level Rp15.598 Per Dolar AS di Akhir Perdagangan Jumat (23/2/2024)

Di mana kurs rupiah menguat 0,17% dalam sepekan dan ditutup pada Rp 15.589 per dolar Amerika Serikat (AS).

Sedangkan kurs rupiah Jisdor menguat 0,41% sepekan ke Rp 15.589 per dolar AS.

Baca Juga: Kurs Rupiah Spot Menguat 0,02% Berada di Level Rp15.587 di Awal Perdagangan Jumat (23/2/2024)

Menanggapi hal tersebut, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, kurs rupiah di sepanjang pekan ini cenderung bergerak datar (sideways) di tengah meningkatnya sentimen risk-on pada pertengahan pekan lalu.

Di sisi lain, pergerakan datar kurs rupiah ini masih berlanjut di perdagangan akhir pekan ini, Jumat (23/2). Kurs Rupiah sideways di tengah sentimen dovish dari beberapa bank sentral di kawasan Asia.

Baca Juga: Kurs Rupiah Melemah 0,13% Bertengger di Level Rp15.655 per dolar AS di Perdagangan Kamis (22/2/2024)

Josua menuturkan, sentimen nada dovish suku bunga tersebut mendorong depresiasi dari sebagian besar mata uang Asia hari ini.

Tak terkecuali, tekanan juga terjadi pada mata uang rupiah yang melemah dan berada pada rentang terbatas Rp 15.575 per dolar AS–Rp 15.602 per dolar AS.

Sementara, menurut Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin menilai, rupiah hanya catat penguatan tipis terhadap dolar dalam sepekan ini.

Hal tersebut ditengarai masih kuatnya ekspektasi bahwa The Fed akan bertahan pada suku bunga tingginya.

AS mempertegas suku bunga tinggi masih berlanjut setelah serangkaian data yang mengukur kebijakan moneter masih solid, seperti tenaga kerja, inflasi yang masih tinggi jauh dari target, dan sektor manufaktur.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Cut Yuliati

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

ATR/BPN Permudah Masyarakat Cek PPAT Digital

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:17 WIB
X