Anehnya kondekturnya hanya diam saja. Tampak ia menunduk dan mukanya pucat. Lalu Putri kembali ke tempat duduknya.
Awalnya ia duduk sendirian, tapi ternyata di bangku sebelahnya sudah ada perempuan berbaju putih. Selain itu tampak penumpang lainnya diam saja, meski gerbong penuh.
Putri lalu bertanya ke perempuan yang duduk di sampingnya. Ia menanyakan si perempuan turun di mana. Namun si perempuan itu cuma diam dan memberikan isyarat jari telunjuk kanan di depan bibirnya. Putri pun diam.
Putri segera menuju ke gerbong makanan karena ia lapar. Namun kakinya terasa berat ketika melangkah.
Sepanjang lorong ia memperhatikan orang-orang di gerbong. Ini sangat aneh karena betul-betul sunyi sekali.
Kakinya terasa berat sewaktu melangkah. Tapi mungkin ia berpikir kakinya pegal.
Sesampainya di gerbong makanan, Putri melihat banyak orang sedang di sana.
Saat itu kondektur menanyakan ia duduk di mana lalu Putri menjawab nomer duduknya.
Kondektur heran karena sejak berangkat tadi kursi itu kosong dan tidak ada yang duduk.
Putri pun ngotot ia benar duduk di sana. Ia juga bercerita ketemu kondektur lain di depan toilet.
Sontak kondektur tersebut kaget karena cuma dia yang bertugas malam itu. Kondektur pun minta Putri menceritakan ulang kisahnya sampai di situ.
Setelah Putri bercerita, kondektur segera mengeluarkan dua botol minuman yang telah dibacakan doa dan secarik kertas.
Kondektur meminta kertasnya dibaca saat sampai rumah. Ia pun mengantar Putri kembali ke gerbongnya.
Putri pun kaget karena di gerbong tersebut ramai orang dan yang duduk di sampingnya adalah bapak-bapak.
Ia baru teringat bahwa perempuan yang duduk tadi adalah perempuan yang ia lihat di stasiun.