"Ada apa, Gau?" tanyaku sambil menyeka keringat.
Bocah ini adalah Agau, muridku yang duduk di bangku kelas 4 SD.
"Dipanggil ayah, disuruh ke rumah. Sekarang!"
"Ayahmu? Tumben."
Yang dimaksud adalah pak Salundik, ayahnya si Agau sekaligus kepala sekolah tempatku mengajar. Setahun terakhir hubunganku dengan pak Salundik merenggang.
Semua berawal dari datangnya seorang guru muda perempuan bernama Sarunai. Gadis muda berambut lurus itu, kemudian menjadi dekat denganku. Namun, pak Salundik sepertinya tidak suka aku dekat dengan anaknya.
"Baik, Gau. Aku ke rumah setelah ganti pakaian."
Agau kemudian berlalu, biasanya sore seperti ini pergi ke sungai bersama teman-temannya. Aku lantas ke rumah dinas di belakang sekolah, mengganti pakaian olah raga dengan baju biasa.