realitasonline.id - Susuk merujuk pada suatu cara memasukkan benda asing kedalam tubuh seseorang secara spiritual untuk mendapatkan suatu kelebihan.
Benda asing tersebut umumnya berupa jarum kecil. Kelebihan yang dimaksud berupa perlindungan spiritual, penarik lawan jenis, penambah daya tarik, dan kekuatan pada fisik yang kesemuanya merupakan suatu bentuk sugesti seorang yang telah menggunakan susuk tersebut.
Pengguna susuk biasanya memiliki pantangan-pantangan yang harus ditaati.
Praktik susuk mempunyai asal mula dari kebudayaan Malaysia, yang kemudian masuk ke Indonesia. Dalam ajaran Islam, susuk dianggap haram.
Seiring dengan perkembangan dunia kedokteran, khususnya dalam bidang radiologi, susuk yang tersembunyi seringkali "terungkap" dalam pemeriksaan radiografi rutin.
Keberadaan susuk yang sengaja ditanam dalam tubuh harus dikonfirmasi untuk mengindari kesalahan diagnosis karena dalam beberapa kasus sering dianggap sebagai benda asing.
Susuk merupakan benda sebagai solusi kecantikan sebelum skincare dan oplas populer. Bahkan susuk jadi doping bagi sebagian kuli membangun negeri.
Jika ada satu hal belum tercapai bagi Blarak* yang usianya mencapai 97 tahun, itu adalah mati.
Melewati masa kecil di zaman penjajahan Jepang, lalu mencicipi pahitnya status tahanan politik.
Hingga bekerja jadi kuli bangunan di ibu kota, Blarak hanya ingin menghabiskan masa tua dalam damai. Masa tuanya di Wonogiri memang damai, tapi kematian tak datang sesuai harapan.
“Sejak simbah putri meninggal tahun 2012 lalu, simbah [Blarak] berkali-kali bilang dia sudah capek sekali hidup. Dia bahkan sudah menyiapkan pakaian dan menggali liang lahatnya sendiri sejak 10 tahunan yang lalu,” tutur Lembayung," cucu Blarak.
Menurut Lembayung kakeknya tergolong manula sehat, semasa berusia 70-an masih sanggup naik gunung.
Blarak juga rajin bersepeda keliling desanya dan tidak pernah sakit. Baru awal 2020 lalu, kesehatannya menurun. Saat itu Blarak meminta Lembayung dan seluruh keluarga berkumpul.
Ia merasa ajalnya sudah dekat dan minta didoakan bersama. Berbulan sejak pertemuan keluarga itu, ajal ternyata tak kunjung menjemput.
“Simbah lalu mulai berhalusinasi sering ngobrol sama yang sudah mati, begadang berhari-hari. Kami mulai curiga. Ternyata kata orang pintar yang kami panggil, simbah memang belum bisa meninggal karena masih ada susuk di badannya,” cerita Lembayung.