Realitasonline.id | Akhir-akhir ini, masyarakat di berbagai wilayah Indonesia merasakan suhu dingin yang lebih ekstrem, terutama pada malam hari. Fenomena ini membuat banyak orang bertanya-tanya mengenai penyebabnya.
Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, memberikan penjelasan lengkap mengenai fenomena ini yang ternyata merupakan kejadian yang rutin terjadi setiap tahun, terutama saat musim kemarau.
Guswanto menjelaskan bahwa suhu dingin yang dirasakan belakangan ini disebabkan oleh Angin Monsun Australia.
Angin ini bertiup dari Australia menuju Asia, melewati wilayah Indonesia dan perairan Samudera Hindia.
Baca Juga: 20 Posyandu Prima di Bireuen Aceh Diresmikan Pj Bupati Aulia Sofyan
Angin Monsun Australia dikenal bersifat kering dan membawa sedikit uap air, sehingga sangat memengaruhi musim kemarau di Indonesia.
"Orang Jawa menyebutnya mbedhidhing," kata Guswanto pada Minggu (14/7).
Fenomena ini menyebabkan wilayah yang dilewati oleh Angin Monsun Australia menjadi lebih dingin, terutama pada malam hari ketika suhu mencapai titik minimumnya.
Suhu dingin ini terpantau di beberapa wilayah seperti Bandung, Yogyakarta, hingga Jawa Timur. Bahkan, di wilayah Bandung, suhu minimum tercatat mencapai 16,6°C pada pekan kedua Juli.
Baca Juga: Gagal Pemilu 2024, Mardiono Didesak Mundur oleh Kader PPP di Berbagai Daerah
Sebelumnya, suhu terendah di Bandung pada dasarian-I Juli tercatat 19,8°C. Kepala BMKG Bandung, Teguh Rahayu, menjelaskan bahwa perubahan suhu minimum yang signifikan ini adalah fenomena alamiah yang umum terjadi pada puncak musim kemarau, yaitu Juli-Agustus.
"Suhu udara minimum mengalami perubahan signifikan pada hari ini (14/7) yaitu mencapai 16,6 derajat Celsius. Nilai suhu minimum normal rata-rata pada bulan Juli adalah 18,2 derajat Celsius, dan pada Agustus nilainya 17,5 derajat Celsius," jelas Rahayu.
Selain Angin Monsun Australia, musim dingin di wilayah Australia juga turut berkontribusi terhadap suhu dingin di Indonesia.
Pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dingin menuju Indonesia, atau lebih dikenal dengan angin monsun Australia.