Pergerakan Kurs Rupiah Diterpa Banyak Sentimen Mulai dari Mundurnya Joe Biden Hingga Antisipasi Data Inflasi AS

photo author
- Minggu, 28 Juli 2024 | 14:11 WIB
Pergerakan Kurs Rupiah Diterpa Banyak Sentimen Mulai dari Mundurnya Joe Biden Hingga Antisipasi Data Inflasi AS
Pergerakan Kurs Rupiah Diterpa Banyak Sentimen Mulai dari Mundurnya Joe Biden Hingga Antisipasi Data Inflasi AS

realitasonline.id - Pada akhir perdagangan Jumat (26/7/2024), kurs rupiah spot melemah 0,67% secara mingguan ke Rp 16.301 per dolar AS. Kurs rupiah Jisdor Bank Indonesia juga melemah 0,58% secara mingguan ke level Rp 16.294 per dolar AS.

Diketahaui, pergerakan kurs rupiah diterpa banyak sentimen mulai dari mundurnya Joe Biden hingga antisipasi data inflasi Amerika Serikat (AS) di pekan ini. Alhasil, rupiah tertekan baik di pasar spot maupun Jisdor.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengamati, pelemahan rupiah pekan ini didorong oleh berbagai sentimen global dan juga permintaan dolar AS.

Di mana perkembangan PDB AS, serta tren penurunan harga nikel, menjadi pendorong pelemahan rupiah dari sisi sentimen global.

Sedangkan, permintaan musiman dolar AS di pasar domestik di akhir bulan diperkirakan menjadi faktor utama lainnya yang mendorong depresiasi rupiah.

Akibatnya rupiah cenderung bergerak melemah sepanjang pekan ini, terutama dalam dua hari terakhir.

“Ini sejalan dengan kekhawatiran terkait neraca transaksi berjalan Indonesia, serta permintaan dolar AS dalam negeri,” kata Josua.

Dia menjelaskan, rupiah berpotensi menguat di pekan depan pasca rilis pengumuman FOMC. Bank Permata memperkirakan the Fed akan mulai berikan sinyal pemotongan suku bunga pada pertemuan minggu depan.

Sementara, menurut Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, rupiah harus rela melemah dalam dua pekan secara beruntun. Guncangan rupiah karena sentimen dari dalam dan luar negeri.

Dari domestik, rupiah tertekan akibat lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang kembali mencatat penurunan bunga meski nilai penerbitan naik tajam. Animo investor menyusut dalam perburuan SRBI, meski bunga diskonto diberikan lebih rendah.

Sementara dari luar negeri, tekanan bagi rupiah sudah dirasakan sejak awal pekan. Hal itu seiring kabar pengunduran diri Joe Biden dari kontestasi Pilpres November mendatang yang membuat dolar menguat.

Terlebih lagi, sikap hati-hati investor global yang tengah menyoroti soal prospek suku bunga The Fed. Investor sedang mempertimbangkan data terbaru pekan ini, salah satunya Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika kuartal kedua yang tumbuh 2,8% dari 1,4% pada kuartal pertama 2024.

Nanang menyoroti bahwa angka inflasi PCE Amerika yang akan dipublikasikan malam ini turut memengaruhi kehati-hatian investor. Bila ekspektasi naik dan disertai aktualisasinya pada data inflasi AS tersebut, maka memberi dorongan bagi dolar untuk menguat.

“Terlebih lagi pekan depan serangkaian sentimen penting tersaji, di antaranya rapat Bank of Japan (BOJ) dan The Fed, serta data ketenagakerjaan Amerika,” kata Nanang.

Secara teknikal, Nanang melihat, rupiah terancam untuk kembali berada di atas Rp 16.300 per dolar AS di pekan depan. Proyeksi itu seiring dengan sikap investor yang akan mengantisipasi pertemuan Fed.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Cut Yuli

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

ATR/BPN Permudah Masyarakat Cek PPAT Digital

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:17 WIB
X