realitasonline.id - Serangan berikutnya dilakukan oleh Aceh pada tahun 1568. Meskipun serangan ini dilakukan dalam skala besar dengan bantuan tentara bayaran dari Turki, Malabar, dan Abbessinia, Aceh tetap tidak mampu mengusir Portugis dari Malaka.
Serangan serupa dilakukan pada tahun 1615 dan serangan terbesar pada tahun 1629.
Pada tahun 1629, Iskandar Muda melancarkan serangan terhadap Portugis di Malaka, hampir saja Portugis kalah jika mereka tidak mengerahkan seluruh kekuatan mereka untuk bertahan dari serangan Aceh.
Baca Juga: Catatan Sejarah! Kekaisaran Ottoman Jelajahi Nusantara dari Ujung Barat ke Timur (BAGIAN. 1)
Aceh sebagai Delegasi Pertama ke Istanbul pada 1562
Aceh mengirim delegasi pertama ke Istanbul pada tahun 1562, meminta bantuan berupa senjata artileri.
Sultan Suleiman I merespons dengan mengirimkan peluru, teknisi, dan seorang diplomat bernama Lutfi Bey.
Sultan Suleiman I mengirimkan armada kapal berisi prajurit, penasihat militer, teknisi meriam, dan pengrajin.
Baca Juga: Kekaisaran Ottoman Kirim Meriam Lada Secupak Sebagai Tanda Cinta untuk Aceh untuk menghadapi Belanda
Sayangnya, armada yang dijadwalkan tiba di Aceh pada tahun 1568 dialihkan ke Yaman untuk memadamkan pemberontakan, hanya dua kapal yang tiba di Aceh tanpa senjata, membawa pedagang dan teknisi artileri.
Waktu berlalu, dan Aceh menghadapi ancaman baru dari Belanda. Pada tahun 1872-1873, Belanda berniat menyerang Aceh.
Shah Mahmud segera mengirim surat kepada Sultan Abdul Aziz dari Utsmaniyah untuk meminta bantuan.
Tetapi pada saat itu, kekuasaan Sultan mulai melemah di bawah para menterinya, dan armada yang disiapkan untuk membantu Aceh akhirnya dipindahkan untuk memadamkan pemberontakan di Yaman Zaidiyah.
Hubungan antara Turki Utsmani dan Kerajaan Jawa
Budaya India memang mempengaruhi Nusantara sebelumnya, tetapi para penyair kerajaan Jawa sebagai penerus dinasti Mataram, di antaranya Kesunanan Surakarta, punya kebijakan untuk menghilangkan "kebesaran" India dari pemikiran Jawa.