Kalau kita pemulung ini kan sifatnya mengambil, mengepil dan ada juga namanya pengepul, nah dari tingkatan pengepul itu biasanya membawahi ada 20 sampai 50 pemulung. Setiap pemulung itu membawa 10 sampai 30 kilo sampah plastik fet. ungkap Risdianto.
Belum Ada Perubahan Sejak 2023
Ahmad Syafruddin selaku perwakilan Konsorsium Manajemen Lingkungan Hidup menjelaskan kalau soal sampah masih belum ada perubahan sejak 2023 lalu.
"2-3 tahun penelitian kami melalui sampah sampai tahun 2023, masih belum banyak perubahan, artiknya sampah plastik masih jadi masalah." ujar Ahmad Syafruddin di gedung lantai 3 Dinas Lingkungan Hidup, Selasa (29/4).
Selain itu, menurut pengamatannya ada banyak jenis sampah yang mendominasi yakni sampah dan organik.
“(Kemasan) sachet, bungkus mie instan itu banyak mendominasi (berserak) di TPA, kemudian di badan-badan air, sungai, danau, rawa bahkan di laut itu problemnya.”terangnya.
Menurut Ahmad, persoalan sampah ini memang berat tanpa adanya kerjasama dari semua pihak.
Soalnya dia Menyebutkan tidak mudah mengumpulkan secara sampah terpilah dan kemudian investor yang mau bersedia menjadi pelebur ramah lingkungan tanpa polusi lingkungan.
“Agak sulit sih memang, tapi dengan pertemuan tadi sebenarnya, ada optimisme gitulah, bisa menyampaikan rencana mereka terkait penanganan sampah di lingkungan itu,” kata Ahmad Syafruddin.
Setelah itu, Ahmad juga menjelaskan pendapatnya soal alat pendaur ulang yang kemungkinan menghasilkan produk yang berkualitas rendah. Namun hal ini, menurutnya sebagai salah satu upaya penanganan sampah yang ada di kota Medan.
"Masalah utama itu tadi, pertama mengumpulkan sampah itu secara terpilah. Kedua adalah investasi di alat itu sendiri, kan perlu alat khusus untuk mendaur ulang. Plastik diperuntukkan bahan baku plastik kembali dengan kualitas lebih rendah misalnya. Tapi kan perlu alat, nah itu perlu investasi (Investor)," kata Syafrudin.
Siapa yang Menginvestasi?
Ahmad Syafrudin menjelaskan kalau Sumatera Utara khususnya di Medan sendiri, belum ada yang berani untuk menginvestor alat yang dimaksudkan sebagai solusi penanganan sampah yang dibahas.
“Di Indonesia belum ada yang berani berinvestasi, tetapi ada investor-investor asing, maksudnya dari Jepang, mereka siap membantu sepanjang ada keinginan politik dari pemerintah setempat.” terang Pendiri NZWM tersebut.