realitasonline.id - Menurut salah seorang analis pasar dari Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mencermati, kursrupiah menutup akhir pekan ini dengan pergerakan cenderung datar (sideways) di tengah penguatan Indeks Dolar AS.
Diketahui, kurs rupiah hanya bergerak dalam rentang terbatas antara Rp 15.615 – Rp 15.635 per dolar AS, Jumat (19/1).
Di mana kurs rupiah bergerak melemah selama perdagangan pekan ketiga Januari 2024. Keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS) telah menekan sejumlah mata uang, termasuk rupiah.
Baca Juga: Kurs Rupiah Melemah Tipis ke Rp15.627 Per Dolar AS di Awal Perdagangan Jumat (19/1/2024)
Hal ini membuat, kurs rupiah mampu menguat tipis 0,03% secara harian ke level Rp 15.615 per dolar AS di perdagangan Jumat (19/1).
Penguatan tipis nilai tukar rupiah hari ini sedikit memangkas pelemahan sepanjang pekan ini sekitar 0,42% dari posisi akhir pekan lalu Rp 15.550 per dolar AS.
“kurs rupiah sepanjang pekan ini melemah terutama akibat tekanan sentimen dari Tiongkok dan AS pada tengah pekan,” paparnya.
Baca Juga: Kurs Rupiah Mampu Menghentikan Tren Pelemahan Setelah Ditutup Menguat di Level Rp15.624 Per Dolar AS
Sementara, Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mencatat bahwa pelemahan di pekan ini telah meneruskan tren yang terjadi dalam 3 minggu terakhir. Rupiah secara mingguan terpantau melemah dalam 3 pekan pertama tahun 2024.
“Pelemahan rupiah tidak lepas karena tekanan dari penguatan indeks dolar yang menguat, sejalan harapan pejabat The Fed untuk menahan suku bunga tidak di pangkas hingga semester kedua tahun ini,” jelas Nanang.
Padahal, lanjut Nanang, isu yang berkembang selama ini adalah The Fed akan memangkas suku bunga tahun ini dan mengawali pemangkasan di bulan Maret. Selain itu, faktor pelemahan lainnya berasal dari perlambatan ekonomi Cina dengan serangkaian data ekonomi yang telah rilis memberikan sinyal belum cukup kuat untuk pulih.
Dari dalam negeri, rupiah dipengaruhi oleh sikap Bank Indonesia (BI) yang tidak mengubah suku bunga pada level 6,0% pada pertemuan Rabu (17/1). Langkah ini sejalan dengan upaya untuk menstabilkan rupiah.
Nanang melihat, BI tetap mempertahankan kebijakan suku bunganya, meskipun dorongan agar BI dapat mengirim sinyal kebijakan yang lebih longgar tengah menguat seiring kondisi eksternal yang menguntungkan pasar keuangan Indonesia.