realitasonline.id - Pada perdagangan Rabu (10/7/2024) harga minyak mentah naik setelah peningkatan aktivitas penyulingan di Amerika Serikat (AS) minggu lalu.
Hal ini, mendorong penurunan yang lebih besar dari perkiraan dalam persediaan bensin dan minyak mentah.
Tapi, kenaikan ini terbatas karena gangguan pasokan minimal dari Badai Beryl.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Turun Ditopang Gangguan Pasokan Berkepanjangan dari Badai Beryl
Berdasarkan data yang dilansir dari Reuters, harga minyak mentah Brent naik 42 sen menjadi US$85,08 per barel. Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 69 sen menjadi US$82,10 per barel.
Minyak WTI sempat naik hingga US$1 selama sesi tersebut setelah Administrasi Informasi Energi AS melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun 3,4 juta barel menjadi 445,1 juta barel.
Pada minggu yang berakhir 5 Juli. Penurunan ini jauh melebihi ekspektasi analis yang memperkirakan penurunan 1,3 juta barel.
Stok bensin turun 2 juta barel menjadi 229,7 juta barel, lebih besar dari penurunan 600.000 barel yang diharapkan analis selama minggu liburan 4 Juli di AS.
Phil Flynn, analis di Price Futures Group mengatakan bahwa data EIA tampaknya menjadi kekuatan pendorong untuk harga yang lebih tinggi.
Kedua kontrak berjangka minyak mentah sebelumnya berakhir lebih rendah dalam tiga sesi sebelumnya karena tanda-tanda bahwa industri energi Texas relatif tidak terpengaruh oleh Badai Beryl.
Perusahaan minyak dan gas mulai kembali beroperasi pada hari Selasa. Pada Rabu pagi, Pelabuhan Houston mengatakan telah kembali ke waktu mulai normal untuk operasi di delapan terminal publiknya.
Kilang dan fasilitas produksi lepas pantai mengalami kerusakan minimal akibat badai dan sebagian besar telah kembali beroperasi normal, meredakan kekhawatiran tentang gangguan pasokan.
Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa dia belum siap untuk menyatakan inflasi terkendali, tetapi merasa Amerika Serikat tetap berada di jalur menuju harga yang stabil dan pengangguran yang rendah.