Realitasonline.id-Jakarta | Kuswanto, seorang guru di SD Negeri Kayumpia, Sigi, Sulawesi Tengah, menjadi sorotan pada Puncak Peringatan Hari Guru Nasional 2023 (25/11).
Ia secara mengejutkan menolak tawaran istimewa dari Presiden Joko Widodo berupa jabatan kepala sekolah. Keputusan ini menarik perhatian publik, mengingat jabatan tersebut biasanya sangat diidamkan oleh banyak guru.
Selama 32 tahun, Kuswanto mengabdi di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Tantangan yang ia hadapi sangat luar biasa, termasuk akses jaringan internet yang sulit.
Sebagai guru penggerak, ia terus berkomitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan meski berada di lingkungan penuh keterbatasan.
Baca Juga: Akibat Kali Meluap, Ratusan Rumah Terendam Air di Bekasi
Di tempatnya mengajar, yang terletak lebih dari 1.500 meter di atas permukaan laut, Kuswanto dikenal sebagai "manusia pohon."
Ia harus memanjat pohon untuk mendapatkan sinyal internet agar dapat mengikuti pelatihan Program Guru Penggerak Angkatan ke-7. Dedikasi seperti inilah yang membuatnya menjadi figur inspiratif.
Pada Puncak Peringatan Hari Guru Nasional 2023 di Jakarta, Kuswanto mendapat kesempatan berbagi kisah perjuangannya di depan Presiden Joko Widodo dan para hadirin, mayoritas guru.
Ketika ditanya tentang masa baktinya sebagai guru, Kuswanto menjawab, "Saya diangkat tahun 1993. Jadi sudah 30 tahun mengabdi sebagai pahlawan tanpa tanda jasa."
Baca Juga: Cristiano Ronaldo Borong 2 Gol, Al Nassr Bungkam Damac!
Mendengar jawaban tersebut, Presiden Jokowi secara spontan mengumumkan keputusan besar di hadapan Menteri Pendidikan Nadiem Anwar Makarim. "Pak Menteri, kepala sekolah," ujar Jokowi, yang disambut riuh tepuk tangan.
Meski mendapat kehormatan besar, Kuswanto menolak tawaran jabatan kepala sekolah. Bahkan, tawaran alternatif dari Bupati Sigi berupa jabatan pengawas sekolah juga ia tolak.
Kuswanto merasa bahwa amanat besar tersebut mungkin tidak dapat ia laksanakan dengan maksimal, terutama mengingat tantangan unik di daerah tempat ia mengajar.
Keputusan ini dilandasi keyakinannya bahwa peran sebagai guru di daerah terpencil lebih berdampak langsung pada murid-muridnya.