Artinya, dalam beberapa bulan ke depan, wilayah-wilayah tersebut masih bisa mengalami hujan akibat sisa dinamika atmosfer sebelumnya.
“Puncak musim kemarau 2025 diprediksi akan sama hingga maju atau datang lebih awal dari biasanya, yang mendominasi hampir keseluruhan wilayah Indonesia,” sebut BMKG dalam keterangan tertulis.
Durasi musim kemarau juga tidak seragam di seluruh wilayah.
Baca Juga: BRI dan Pemko Padangsidimpuan Sepakat Perkuat Kolaborasi Ekonomi Daerah
Ada daerah yang mengalami kemarau pendek selama dua bulan, seperti sebagian wilayah Sumatra dan Kalimantan, serta ada yang lebih panjang hingga delapan bulan di wilayah Sulawesi.
Dengan perbedaan durasi dan karakteristik ini, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap bijak mengelola air dan mempersiapkan diri terhadap kemungkinan musim kering berkepanjangan di daerah tertentu.
Tak hanya itu, perubahan cuaca lokal seperti angin darat dan laut, serta suhu daratan yang tinggi, tetap dapat memicu terjadinya hujan lokal.
Oleh sebab itu, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi banjir kilat maupun cuaca ekstrem lainnya.
Sebagai kesimpulan, walau musim kemarau telah tiba, kehadiran hujan di beberapa daerah adalah hal yang wajar mengingat Indonesia berada di wilayah tropis dengan dinamika atmosfer yang kompleks dan cepat berubah. (AY)