“ Dari yang dulu tidak tahu, sekarang kami jadi paham. Dari yang dulunya kekurangan, kini kami bisa berdiri sendiri. Reforma Agraria bukan cuma soal tanah, tapi soal bagaimana tanah membuat kami mandiri, ” tutup Saifuddin.
Manfaat program ini juga dirasakan Shamsul Alan (42), salah satu anggota kelompok petani anggur Duyu
Mantan pedagang kerudung ini kini memiliki penghasilan lebih stabil dari hasil kebun.
“ Kalau berdagang, kadang untung, kadang rugi. Tapi kalau menanam anggur, hasilnya lebih stabil, ” ungkapnya.
Kini, Kampung Reforma Agraria Duyu Bangkit menjadi contoh sukses bagaimana sinergi antara pemerintah dan masyarakat bisa melahirkan perubahan nyata yakni, dari tenda pengungsian menjadi kebun harapan.(RI)