Realitasonline.id | Di tengah tren mobilitas ramah lingkungan, Wuling Air EV, sebuah mobil listrik kompak, menjadi pilihan menarik dibandingkan mobil konvensional berbahan bakar fosil.
Namun, apakah sudah saatnya masyarakat beralih ke mobil listrik seperti Wuling Air EV?
Artikel ini membahas perbandingan antara keduanya dari berbagai aspek penting, seperti biaya operasional, efisiensi, dan dampak lingkungan.
1. Biaya Operasional, Mana yang Lebih Hemat?
Wuling Air EV menawarkan keunggulan signifikan dalam hal biaya operasional. Sebagai mobil listrik, biaya pengisian dayanya jauh lebih rendah dibandingkan biaya bahan bakar mobil konvensional.
- Wuling Air EV
Pengisian baterai dari 0-100% dengan daya listrik rumah rata-rata memakan biaya sekitar Rp 50.000 – Rp 70.000, tergantung pada varian (Standard Range atau Long Range). Dengan jarak tempuh hingga 300 km, ini setara dengan sekitar Rp 233 per kilometer.
Baca Juga: Motor Sport 250cc Paling Populer 2024, Tunjukan Performa dan Harga yang Menggoda
- Mobil Konvensional
Dengan konsumsi bahan bakar rata-rata 12 km per liter dan harga BBM sekitar Rp 14.000 per liter, biaya perjalanan per kilometer mencapai Rp 1.167.
Tentu saja Wuling Air EV empat hingga lima kali lebih hemat dalam biaya operasional harian.
2. Perawatan dan Komponen
Mobil listrik memiliki lebih sedikit komponen yang bergerak dibandingkan mobil berbahan bakar fosil, sehingga perawatannya lebih sederhana dan murah.
- Wuling Air EV
Tidak memerlukan perawatan mesin konvensional seperti penggantian oli atau filter udara. Biaya perawatan hingga lima tahun hanya sekitar Rp 3,9 juta untuk varian Lite.
- Mobil Konvensional
Biaya perawatan mobil berbahan bakar fosil cenderung lebih tinggi, terutama untuk perawatan mesin dan sistem bahan bakar.
Dari segi perawatan dan komponen, mobil listrik seperti Wuling Air EV lebih ekonomis dalam jangka panjang.
3. Efisiensi Energi dan Performa
