Realitasonline.id | Salah satu tantangan utama dalam adopsi mobil listrik (EV) adalah durasi pengisian daya yang relatif lama dibandingkan dengan pengisian bahan bakar kendaraan konvensional.
Namun, dengan berkembangnya teknologi pengisian cepat (fast charging), pengalaman pengguna mobil listrik berubah secara signifikan.
Teknologi ini tidak hanya mempercepat pengisian daya tetapi juga memberikan dampak besar pada persepsi dan penggunaan mobil listrik di seluruh dunia.
Baca Juga: Perbandingan Fitur Honda GL Pro vs Honda CB150X: Evolusi Motor Sport Touring dari Masa ke Masa
Apa Itu Teknologi Pengisian Cepat?
Teknologi pengisian cepat memungkinkan baterai mobil listrik diisi hingga 80% dalam waktu singkat, biasanya dalam 15-45 menit, tergantung pada kapasitas baterai dan sistem pengisian daya.
Teknologi ini menggunakan daya yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pengisian standar, sering kali mencapai 50 kW hingga lebih dari 350 kW, melalui stasiun pengisian daya khusus.
Inovasi dalam Teknologi Pengisian Cepat
Ultra-Fast Charging merupakan teknologi pengisian ultra-cepat kini memungkinkan pengisian daya hingga 350 kW, memungkinkan kendaraan dengan baterai besar mendapatkan tambahan jarak tempuh ratusan kilometer hanya dalam beberapa menit.
Produsen seperti Tesla, Porsche, dan Ionity memimpin dalam mengembangkan jaringan stasiun ultra-fast charging.
Perkembangan baterai, seperti penggunaan bahan kimia solid-state atau teknologi pendinginan yang lebih baik, memungkinkan baterai menyerap daya lebih cepat tanpa risiko overheating.
Upaya untuk menciptakan standar universal, seperti CCS (Combined Charging System) dan CHAdeMO, memudahkan kompatibilitas antara berbagai merek mobil listrik dengan stasiun pengisian cepat, sehingga pengguna dapat mengisi daya di mana saja.
Baca Juga: Honda Verza 150 vs Honda Hornet : Perbandingan Fitur Dua Motor Naked yang Siap Tampil Tangguh
Dampak Teknologi Pengisian Cepat
1. Meningkatkan Kenyamanan Pengguna