Beberapa tim menggunakan strategi hybrid: ban depan medium dan ban belakang hard. Kombinasi ini memungkinkan stabilitas di sektor pertama yang cepat, sekaligus traksi kuat di sektor akhir yang teknikal. Pembalap seperti Pecco Bagnaia dan Brad Binder dikenal sangat piawai menjaga performa ban hingga lap terakhir.
5. Adaptasi Pembalap: Faktor Fisik dan Mental
Tidak cukup hanya dengan motor yang sempurna; pembalap juga harus siap menghadapi tekanan fisik akibat panas Mandalika. Suhu tubuh bisa meningkat drastis selama 45 menit balapan, ditambah dengan kelembapan tinggi yang mencapai 80%.
Beberapa pembalap seperti Marc Márquez dan Fabio Quartararo mengakui bahwa Mandalika adalah salah satu seri paling melelahkan secara fisik. Mereka harus berlatih dengan fokus pada daya tahan tubuh dan hidrasi.
Selain fisik, adaptasi mental juga penting. Tikungan dengan perubahan ritme cepat memaksa pembalap berpikir strategis setiap detik. Kesalahan kecil dalam memilih racing line bisa berakibat fatal di lintasan selebar Mandalika.
6. Strategi Balapan: Agresif di Awal, Cerdas di Akhir
Karakter Mandalika membuat balapan di sini tidak bisa ditebak. Banyak pembalap memilih strategi konservatif di awal untuk menjaga ban, lalu menyerang di 5 lap terakhir. Sementara yang lain, seperti Jorge Martín, lebih suka start agresif untuk membangun jarak sejak awal.
Data dari musim sebelumnya menunjukkan bahwa overtaking paling efektif terjadi di tikungan 10, 11, dan 16, di mana pembalap bisa memanfaatkan slipstream dari trek lurus sebelumnya. Karena itu, tim akan menyesuaikan mapping tenaga agar akselerasi keluar tikungan lebih responsif tanpa mengorbankan konsumsi bahan bakar.
7. Mandalika, Ujian Sejati Bagi Strategi Tim MotoGP 2025