IEU-CEPA dan Strategi Baru BMW–Mercedes: Produksi Lokal atau Impor Penuh?

photo author
- Selasa, 14 Oktober 2025 | 15:56 WIB
 Keterangan foto: Mobil BMW (Realitasonline/ www.bmw.co.id)
Keterangan foto: Mobil BMW (Realitasonline/ www.bmw.co.id)



Realitasonline.id - Setelah IEU-CEPA disepakati, merek Eropa seperti BMW dan Mercedes dihadapkan pada pilihan strategis: memperluas perakitan lokal di Indonesia atau tetap mengandalkan impor penuh. Simak analisis peluang dan tantangannya di sini.

1. IEU-CEPA Buka Jalan Baru bagi Industri Otomotif Eropa

Penandatanganan IEU-CEPA (Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement) membawa dampak besar bagi sektor otomotif nasional. Salah satu poin terpenting dari perjanjian ini adalah penghapusan tarif impor mobil asal Eropa, yang selama ini menjadi penghalang utama harga kompetitif di pasar Indonesia.

Dengan hambatan tarif yang mulai dihapus bertahap, produsen seperti BMW, Mercedes-Benz, Audi, dan Volkswagen kini memiliki dua pilihan besar: melanjutkan strategi impor penuh (CBU) dengan biaya lebih efisien, atau memperluas investasi perakitan lokal (CKD) untuk memperkuat basis produksi di Asia Tenggara.

Baca Juga: IEU-CEPA Turunkan Harga Mobil Eropa: BMW dan Mercedes Siap Panaskan Pasar Premium Indonesia

2. Strategi Impor: Lebih Cepat, Lebih Efisien

Bagi sebagian merek premium, impor penuh dari pabrik utama di Eropa masih dianggap sebagai pilihan ideal. Alasannya sederhana: menjaga standar kualitas dan eksklusifitas merek tanpa harus membangun infrastruktur produksi baru.
Dengan tarif impor yang kini ditekan hingga mendekati nol, biaya masuk mobil CBU Eropa bisa turun signifikan.

Hal ini membuat model seperti BMW iX, Mercedes EQE, atau Audi Q5 dapat dijual lebih murah, tanpa kehilangan sentuhan premium khas pabrikan Jerman. Selain itu, model-model elektrifikasi seperti EV dan plug-in hybrid memiliki kompleksitas teknologi tinggi.

Mengimpor langsung dari pabrik pusat memungkinkan pengendalian mutu lebih ketat dan penyesuaian spesifikasi yang cepat terhadap regulasi Euro 6 dan keselamatan global. Namun, strategi impor ini juga memiliki kelemahan: ketergantungan terhadap logistik global dan fluktuasi nilai tukar euro, yang bisa mempengaruhi stabilitas harga jual di pasar Indonesia.

Baca Juga: Denza D9: Simbol Perubahan Tren Mobil Keluarga dari Bensin ke Listrik

3. Produksi Lokal: Daya Saing dan Investasi Jangka Panjang

Di sisi lain, produksi lokal melalui skema CKD (Completely Knocked Down) menawarkan keuntungan strategis bagi pemerintah dan industri otomotif domestik.
BMW dan Mercedes sudah memiliki pengalaman merakit mobil di Indonesia, masing-masing melalui fasilitas BMW Group Production di Sunter dan Mercedes-Benz Indonesia di Wanaherang, Bogor.

Dengan adanya IEU-CEPA, biaya komponen impor dari Eropa untuk perakitan lokal juga berpotensi turun, menjadikan produksi di dalam negeri semakin efisien.

Keuntungan tambahan dari perakitan lokal antara lain:
- Mengurangi biaya logistik dan waktu pengiriman unit.
- Memenuhi persyaratan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) yang mendukung insentif pemerintah.
- Menambah lapangan kerja dan transfer teknologi ke tenaga kerja lokal.
Menurut analisis Denza.com, kombinasi antara insentif pemerintah dan penghapusan tarif komponen bisa membuat Indonesia menjadi basis produksi strategis mobil Eropa untuk pasar ASEAN dalam 5 tahun ke depan.

Baca Juga: Dari Denza ke LCGC: Potret Kontras Pasar Otomotif Indonesia Antara Premium EV dan Mobil Irit

4. Dilema Strategis: Eksklusivitas vs Efisiensi

Kedua pilihan impor penuh dan produksi lokal memiliki dampak berbeda terhadap citra dan positioning merek. Mobil yang dirakit di Indonesia (CKD) biasanya dianggap lebih mudah diakses, namun bisa mengurangi persepsi eksklusivitas. Sebaliknya, mobil impor penuh (CBU) lebih prestisius, tetapi sensitif terhadap kurs dan logistik.
BMW tampaknya memilih pendekatan hybrid strategy, di mana model flagship seperti BMW 7 Series dan iX tetap diimpor penuh, sementara model menengah seperti 3 Series, X1, dan X3 terus dirakit lokal.

Sementara Mercedes-Benz disebut tengah mengevaluasi potensi ekspansi pabrik perakitan EQ series di Indonesia jika permintaan EV premium meningkat pasca IEU-CEPA.

Analis otomotif memprediksi bahwa kombinasi strategi ini akan menciptakan portofolio harga lebih dinamis dari Rp 800 juta hingga di atas Rp 3 miliar untuk menjangkau segmen yang lebih luas tanpa kehilangan kesan premium.

Baca Juga: LCGC Naik Harga, Tapi Masih Worth It? Simak Perbandingan Harga dan Fitur 2024 vs 2025

5. Dampak bagi Ekonomi Lokal dan Rantai Pasok

Jika BMW dan Mercedes memperluas perakitan lokal, dampaknya bagi ekonomi daerah bisa signifikan. Industri komponen, logistik, hingga sektor pelatihan tenaga kerja akan ikut berkembang.

Selain itu, dengan semakin banyak mobil Eropa dirakit di Indonesia, ketersediaan suku cadang dan layanan purnajual juga akan membaik mengurangi ketergantungan pada impor suku cadang mahal.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian pun telah menyatakan siap memberikan insentif fiskal dan nonfiskal bagi merek Eropa yang memperdalam rantai pasok lokal, termasuk potongan pajak investasi dan kemudahan izin lahan industri.

Baca Juga: Testimoni Pengguna Denza D9: Nyaman, Canggih, tapi Masih Perlu Adaptasi di Infrastruktur EV Indonesia?

6. Tren ke Depan: Indonesia Sebagai Hub Otomotif Eropa di ASEAN

IEU-CEPA tak hanya memberi keuntungan langsung pada harga mobil, tetapi juga berpotensi mengubah peta industri otomotif kawasan.
Dengan pasar domestik besar dan stabil, Indonesia bisa menjadi hub distribusi mobil Eropa untuk pasar Asia Tenggara — menyaingi Thailand yang selama ini menjadi basis produksi otomotif utama.

Jika langkah investasi BMW dan Mercedes di Indonesia berhasil, negara ini berpeluang menjadi lokasi strategis perakitan EV Eropa di ASEAN, terutama untuk model listrik kompak dan SUV premium.

Momentum Baru untuk Reposisi Industri Otomotif, IEU-CEPA menghadirkan momentum bersejarah bagi BMW, Mercedes, dan seluruh industri otomotif Eropa di Indonesia.

Baca Juga: LCGC Masih Laku Keras! Ini Rahasia Daya Tariknya di Tengah Gempuran Mobil Elektrifikasi

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ayu Kesuma Ningtyas

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X