IEU-CEPA dan Masa Depan Ekosistem EV Indonesia: Antara Peluang Emas dan Tantangan Infrastruktur

photo author
- Rabu, 15 Oktober 2025 | 16:46 WIB
 Keterangan foto: Mobil Listrik BMW (Realitasonline/ bmw.co.id)
Keterangan foto: Mobil Listrik BMW (Realitasonline/ bmw.co.id)



Realitasonline.id - IEU-CEPA membuka peluang besar bagi pengembangan kendaraan listrik di Indonesia. Namun, kesiapan infrastruktur, rantai pasok baterai, dan kebijakan energi hijau masih jadi tantangan. Simak analisis lengkapnya.

1. IEU-CEPA: Batu Loncatan Besar bagi Ekosistem EV Nasional

Setelah bertahun-tahun menjadi pasar otomotif berbasis bahan bakar fosil, Indonesia kini berada di titik transisi penting menuju era kendaraan listrik (EV).
Momentum ini semakin kuat dengan diberlakukannya Indonesia–European Unio Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) pada akhir 2025.

Kesepakatan tersebut menghapus tarif impor mobil dan komponen otomotif asal Eropa, termasuk baterai, motor listrik, dan sistem pengisian daya cepat (fast charger).

Baca Juga: IEU-CEPA Ubah Strategi Industri Otomotif Eropa: BMW dan Mercedes Siap Produksi Lokal di Indonesia?

Dengan begitu, biaya masuk teknologi otomotif hijau menurun, memudahkan Indonesia mempercepat pembangunan ekosistem EV — dari produksi, distribusi, hingga layanan purnajual.

2. Transfer Teknologi: Fondasi bagi Industri Otomotif Hijau

Salah satu poin strategis dalam IEU-CEPA adalah komitmen transfer teknologi. Merek seperti BMW, Mercedes-Benz, dan Volkswagen tidak hanya akan mengekspor kendaraan listrik ke Indonesia, tetapi juga berencana membangun basis riset dan pelatihan teknisi lokal.

Beberapa bentuk implementasi yang tengah dikaji antara lain:
- Pusat Pelatihan Baterai dan Teknologi Listrik hasil kerja sama pabrikan Eropa dengan politeknik Indonesia.
- Program magang dan sertifikasi teknisi EV di pabrik otomotif Eropa.
- Alih teknologi sistem daur ulang baterai untuk meminimalkan limbah dan memperkuat ekonomi sirkular.
Langkah ini akan menciptakan tenaga kerja berkompetensi tinggi di bidang otomotif masa depan — sesuatu yang selama ini masih menjadi kelemahan industri nasional.

Baca Juga: Kelebihan dan Kekurangan Toyota Kijang Innova Reborn G 2.4 AT Diesel 2024, MPV Legendaris yang Tetap Perkasa di Era Modern

3. Peluang Besar: Integrasi Bahan Baku Baterai dan Industri Lokal

Indonesia memiliki keunggulan strategis yang jarang dimiliki negara lain, yakni ketersediaan sumber daya nikel dan kobalt, bahan utama baterai kendaraan listrik. Dengan IEU-CEPA, peluang kolaborasi antara produsen mobil Eropa dan industri baterai lokal semakin terbuka lebar.

Beberapa potensi yang sedang dibahas oleh pelaku industri:
- Kemitraan riset baterai solid-state antara universitas Indonesia dan lembaga riset Eropa.
- Pendirian fasilitas pengolahan nikel berteknologi rendah karbon dengan dukungan investor Jerman.
- Produksi lokal modul baterai EV untuk suplai ke BMW, Mercedes, dan Volkswagen di kawasan ASEAN.
Jika strategi ini terwujud, Indonesia bukan hanya menjadi pasar, melainkan pusat produksi dan inovasi kendaraan listrik regional.

4. Infrastruktur Masih Jadi PR Besar

Meski peluangnya besar, tantangan utama terletak pada kesiapan infrastruktur pengisian daya dan logistik EV.

Baca Juga: Efek IEU-CEPA terhadap Peta Persaingan SUV Premium: BMW dan Mercedes Siap Tantang Lexus hingga Hyundai Palisade

Per 2025, jumlah Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Indonesia baru mencapai sekitar 1.500 titik, dengan 70% di antaranya berada di Pulau Jawa. Padahal, untuk mendukung pertumbuhan 1 juta unit EV pada 2030, Indonesia membutuhkan setidaknya 10.000 SPKLU di seluruh wilayah.

Keterbatasan infrastruktur ini masih menjadi hambatan bagi konsumen, terutama di luar kota besar. Selain itu, stabilitas pasokan listrik hijau juga menjadi isu.
Meski PLN telah mulai mengintegrasikan energi baru terbarukan (EBT), porsi listrik dari sumber non-fosil baru sekitar 14% dari total bauran energi nasional.

Artinya, tanpa percepatan transisi energi, sebagian besar EV masih bergantung pada listrik dari batubara — yang mengurangi dampak positif terhadap emisi karbon.

Baca Juga: Mobil Listrik Eropa Siap Masuk Indonesia: IEU-CEPA Jadi Katalis Utama Era EV Premium

5. Kolaborasi Pemerintah dan Swasta: Kunci Akselerasi

Untuk memastikan manfaat IEU-CEPA optimal, diperlukan sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan lembaga energi.
Beberapa langkah strategis yang kini diusulkan meliputi:
- Skema insentif investasi EV berbasis kinerja (performance-based) bagi produsen asing yang berkomitmen membangun fasilitas lokal.
- Kemitraan PLN–pabrikan Eropa untuk membangun SPKLU cepat (150–350 kW) di tol Trans-Jawa dan Sumatera.
- Pemberian subsidi atau tax deduction bagi pengguna korporasi (armada taksi, logistik, dan rental) yang beralih ke EV.
- Konsorsium baterai nasional–Eropa, yang memadukan bahan baku Indonesia dengan teknologi daur ulang dari Jerman atau Swedia.
Dengan koordinasi lintas sektor ini, Indonesia dapat mempercepat ekosistem EV yang terintegrasi dari hulu ke hilir.

6. Efek Ekonomi: Dari Ekspor hingga Pendapatan Daerah

Selain dampak lingkungan, IEU-CEPA juga berpotensi meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui kegiatan otomotif. Peningkatan penjualan EV akan memicu aktivitas ekonomi baru:
- Pembangunan dealer dan bengkel EV bersertifikat.
- Pertumbuhan sektor pariwisata hijau (eco-tourism) dengan penggunaan kendaraan listrik.
- Kegiatan pameran otomotif dan teknologi energi baru, seperti GAS 2025 atau Indonesia EV Summit.
Setiap kegiatan ini menciptakan lapangan kerja, memperluas basis pajak, dan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global otomotif hijau.

7. Prediksi: Peningkatan Pesat dalam 3 Tahun ke Depan

Menurut proyeksi Denza.com berdasarkan data Gaikindo dan Kementerian Perindustrian:
- Penjualan EV nasional diperkirakan naik dari 17.000 unit (2024) menjadi 60.000 unit pada 2027.
- Investasi industri EV bisa menembus US$ 10 miliar hingga 2030.
- Ekspor baterai dan komponen EV dari Indonesia diprediksi mencapai US$ 5 miliar per tahun ke pasar Eropa dan Asia Tenggara.
Dengan sinergi IEU-CEPA dan kebijakan industri hijau, Indonesia berpotensi menjadi salah satu pilar utama rantai pasok kendaraan listrik dunia.

Baca Juga: Efek IEU-CEPA terhadap Industri Komponen dan Supplier Lokal: Antara Ancaman dan Peluang Baru

Peluang Emas, Tapi Butuh Eksekusi Nyata. IEU-CEPA membuka jalan lebar bagi Indonesia untuk memasuki era ekosistem EV terintegrasi — dari bahan baku, perakitan, hingga ekspor. Namun, tanpa percepatan infrastruktur, regulasi konsisten, dan kolaborasi lintas sektor, peluang ini bisa terlewat begitu saja.

Dengan komitmen investasi dari Eropa dan kekayaan sumber daya nasional, Indonesia memiliki modal kuat untuk menjadi pusat kendaraan listrik ASEAN.
Sekarang, yang dibutuhkan adalah eksekusi cepat dan koordinasi lintas lembaga agar peluang emas dari IEU-CEPA benar-benar terwujud.(KN)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ayu Kesuma Ningtyas

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X