Realitasonline.id - Industri otomotif global kini tengah memasuki era software-defined vehicles (SDV), di mana perangkat lunak menjadi pusat kendali mobil, bukan lagi hanya mesin atau hardware. Tren ini membuat mobil semakin mirip smartphone: bisa menerima update OTA (over-the-air), menghadirkan fitur baru tanpa ganti perangkat keras, bahkan membuka peluang berlangganan fitur tertentu.
Di Asia Tenggara, beberapa brand otomotif mulai agresif menggarap segmen ini, menjadikan wilayah dengan pasar mobil yang terus berkembang sebagai laboratorium strategi baru. Lalu, siapa yang paling agresif dan apa langkah mereka?
1. Wuling Motors – Menggebrak Lewat EV Pintar
Wuling bisa dibilang salah satu pemain paling berani dalam membawa mobil berbasis software ke Indonesia. Lewat Air ev dan rencana menghadirkan EV baru, Wuling menonjolkan fitur konektivitas canggih, integrasi aplikasi smartphone, hingga sistem kontrol suara dalam bahasa Indonesia.
Kunci agresivitas Wuling adalah strategi “value for money”, menghadirkan fitur software-defined pada harga terjangkau. Mereka juga sudah mengisyaratkan kesiapan untuk mengembangkan OTA update yang memungkinkan penambahan fitur tanpa harus datang ke bengkel.
Baca Juga: Subscription Features pada Mobil, Wajar atau Membebani Konsumen?
2. Hyundai – Pioneer dalam ADAS dan OTA di Asia Tenggara
Hyundai dikenal sangat aktif memperkenalkan fitur ADAS (Advanced Driver Assistance System) di model-model yang dijual di kawasan ini, seperti Ioniq 5 dan Creta. Tidak hanya itu, Hyundai juga mendorong penerapan over-the-air updates, menjadikan mobil lebih adaptif terhadap kebutuhan konsumen.
Di pasar Asia Tenggara, Hyundai melihat potensi besar untuk menjadikan SDV sebagai pembeda dari kompetitor Jepang yang cenderung masih konservatif. Langkah mereka diperkuat oleh investasi besar di Indonesia lewat pabrik EV di Cikarang.
3. Tesla – Standar Global yang Mulai Masuk Kawasan
Meski kehadirannya masih terbatas, Tesla tetap menjadi benchmark utama dalam software-defined vehicles. Mobil Tesla di Asia Tenggara sudah bisa menerima update software berkala, dari perbaikan bug hingga penambahan fitur baru seperti game di layar tengah atau mode berkendara baru.
Kehadiran Tesla, meskipun bukan pemain massal di Asia Tenggara, mendorong merek lain untuk lebih agresif. Konsumen kini semakin sadar bahwa mobil bukan lagi produk statis, melainkan bisa terus berkembang seiring waktu.
Baca Juga: Mobil Jadi Seperti Smartphone, Ini Kelebihan dan Kekurangannya di Era Digital
4. Toyota – Perlahan tapi Pasti Masuk ke SDV
Toyota, sebagai brand terkuat di Asia Tenggara, tidak bisa tinggal diam. Meskipun lebih berhati-hati, Toyota mulai menghadirkan fitur konektivitas T-Intouch di beberapa model. Fokus utama mereka adalah menggabungkan reliability dengan fitur digital, sehingga transisi menuju SDV lebih mulus bagi konsumen yang sudah loyal.