Bagaimana VinFast Menjual Mobil Listrik: Model Bisnis Direct-to-Consumer

photo author
- Sabtu, 15 November 2025 | 10:55 WIB
 Mobil Vinfast (Realitasonline/ Vinfastindonesia.com)
Mobil Vinfast (Realitasonline/ Vinfastindonesia.com)

Realitasonline.id- Saat VinFast naik panggung EV global, banyak analis langsung tertarik bukan hanya soal desain mobilnya, tetapi juga model bisnis penjualannya. Karena VinFast tidak bermain dengan paradigma konvensional berbasis dealer besar seperti era ICE.

Mereka mengarah ke model bisnis direct-to-consumer (D2C): konsumen beli langsung ke brand. Strategi ini sangat berbeda dengan cara pabrikan otomotif legacy menjual mobil selama puluhan tahun. Di era elektrifikasi dan digitalisasi, pendekatan direct-to-consumer bukan gimmick, tetapi strategi untuk memangkas middle layer, meningkatkan kontrol, dan mempercepat respons ke konsumen.

Artikel ini menjelaskan mengapa model tersebut menjadi senjata VinFast dalam era EV global, serta bagaimana implikasinya bagi konsumen.

Pertama yang harus dipahami yaitu direct-to-consumer memberikan brand kontrol penuh terhadap product experience. Pada model tradisional, pengalaman konsumen sangat tergantung dealer. Ada dealer yang bagus, ada dealer yang buruk, pengalaman tidak konsisten.

Baca Juga: Aksesoris Wajib untuk Pemilik Mobil Listrik VinFast Supaya Lebih Nyaman Harian

Pada model direct-to-consumer, brand bisa mengorkestrasi experience dari ujung ke ujung, mulai dari edukasi produk, test drive, purchase, sampai servis. Semua standardised, semua by design. EV adalah komoditas teknologi. Kamu tidak boleh menaruh user experience dalam tangan random quality dealer. Inilah alasan Tesla tidak pakai dealer. Dan VinFast mengambil arah sama.

VinFast juga lebih mudah melakukan dynamic pricing dan promo model subscription atau leasing baterai dengan pendekatan direct-to-consumer. Kenapa? Karena tidak perlu lagi proses negosiasi multi-layer dengan dealer network tiap kali mereka ingin mengubah harga atau skema kepemilikan.

Ini krusial di era EV, di mana harga baterai dan komponen dapat berfluktuasi berdasarkan supply chain global. Dengan direct-to-consumer, harga bisa dikunci, disesuaikan, atau di-adjust secara cepat berdasarkan situasi pasar, tanpa menabrak kepentingan dealer. Model direct-to-consumer juga memudahkan konsep selling-as-a-service. Ini bukan jargon kosong. EV punya lifecycle digital.

VinFast bisa menjual fitur software berbayar secara langsung, entah one-off payment atau subscription. Misalnya, fitur ADAS level tertentu atau driver assist premium bisa di monetisasi setelah pembelian. Kalau masih pakai dealer, akan repot. Dealer akan menuntut revenue-share. Dengan direct sales, pendapatan value added service masuk langsung ke brand. Inilah kenapa direct model sangat cocok dengan kendaraan listrik generasi baru yang makin software defined.

Dalam konteks aftersales, direct model juga membuat service lebih efektif dan lebih efisien. EV tidak punya komponen servis sebanyak ICE. Banyak proses servis bisa diselesaikan via OTA software update atau remote diagnosis. Brand bisa mengurangi biaya capex gedung besar bengkel. Fokus mereka ke mobile service, service hub ringkas, dan logistic parts yang optimal.

Dengan direct model, mereka tidak perlu mikirin tekanan dealer untuk “memaksa servis rutin” agar dealer bisa hidup. EV tidak butuh servis rutin sebanyak ICE. Model direct-to-consumer membuat brand bisa menyediakan aftersales sesuai logika teknis, bukan logika revenue bengkel.

Salah satu faktor keberhasilan direct-to-consumer adalah integrasi digital user journey. Konsumen VinFast bisa browsing di web, membandingkan varian, booking test drive, simulasi kredit, tracking pengiriman, sampai booking service langsung online.

Baca Juga: Performa Konsumsi Daya VinFast VF 8 dan VF 9 dalam Pemakaian Kota Bagaimana?

Transparansi seperti ini adalah game changer. Konsumen tidak perlu lagi datang ke dealer hanya untuk tanya harga atau tanya ketersediaan unit. Hal-hal yang dulu menghabiskan waktu dan energi manusia bisa diganti digital funnel yang efisien.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ayu Kesuma Ningtyas

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X