Realitasonline.id- Mobil listrik tidak bisa dinilai hanya dari tenaga kuda atau besar torsi saja. Di era sekarang, konsumen mulai semakin sadar bahwa efisiensi dan konsumsi daya adalah faktor yang sangat menentukan kualitas mobil listrik.
Dua model EV dari VinFast yang cukup banyak menarik perhatian secara global adalah VinFast VF 8 dan VF 9. Keduanya masuk kelas SUV, berukuran besar, dan bisa dipakai sebagai mobil keluarga. Artikel ini akan membahas secara mendalam bagaimana performa konsumsi daya VF 8 dan VF 9 dalam pemakaian kota dan tol. Fokusnya bukan hanya kilometer per kWh, tetapi juga bagaimana mobil ini merespon kondisi jalan real, dan apakah efisiensinya sesuai ekspektasi EV modern.
VinFast VF 8 hadir dalam dua konfigurasi: single motor dan dual motor all-wheel drive. Begitu juga dengan VF 9. Secara teori, dual motor punya tenaga lebih besar, akselerasi lebih agresif, dan stabilitas lebih kuat. Tetapi konsekuensinya, konsumsi daya menjadi lebih tinggi. Dalam pemakaian kota stop and go, EV cenderung lebih efisien dibanding bensin.
Baca Juga: Analisis Interior dan Build Quality VinFast VF e34, Apakah Sudah Layak Bersaing?
Karena motor listrik hanya memakai energi saat roda berputar, tidak idling. Tapi di sisi lain, bobot mobil yang besar, ban yang lebar, dan ground clearance tinggi akan membuat konsumsi daya meningkat. VF 8 dan VF 9 adalah SUV besar. Jadi secara logika, konsumsi daya mereka tidak bisa dibandingkan dengan EV hatchback kecil seperti BYD Dolphin atau Wuling Air EV.
Dalam pemakaian kota, banyak review global menunjukkan bahwa konsumsi VF 8 berada pada level menengah. Sekitar 4 sampai 5 km per kWh (ini gambaran rata-rata real world, bukan angka klaim pabrik). Sedangkan VF 9 lebih besar badannya, sehingga angka real-nya sedikit lebih rendah. Banyak EV besar memang berada pada angka 3,5 sampai 4,5 km per kWh. Ini bukan buruk.
Ini normal untuk SUV berbodi besar. Bahkan Tesla Model X pun konsumsi daya real world-nya tidak sehemat model sedan seperti Model 3. Di pemakaian dalam kota, keuntungan utama EV seperti VF 8 dan VF 9 adalah regenerasi braking.
Dalam kondisi macet, pengemudi tidak perlu sering injak rem. Motor mengubah energi kinetik menjadi listrik kembali ke baterai. Sehingga konsumsi daya dalam kondisi macet bisa tetap efisien. Bandingkan dengan bensin, yang semakin lama macet semakin boros. EV tidak begitu.
Namun ketika masuk jalan tol, konsumsi daya EV SUV besar akan turun jauh. Karena di jalan tol, tidak ada banyak kesempatan untuk melakukan regen braking. Kecepatan tinggi membutuhkan daya konstan dari baterai. Ditambah lagi faktor aerodinamika.
Semakin besar frontal area mobil, semakin tinggi drag, semakin besar energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan kecepatan. Di kecepatan tol 90 sampai 110 km/jam, konsumsi daya VF 8 dan VF 9 bisa turun ke angka sekitar 3 sampai 3,8 km per kWh.
Ini adalah normal. Bahkan banyak EV Eropa pun menghadapi pola konsumsi seperti ini. Sehingga untuk pemakaian tol, pengemudi perlu manajemen kecepatan. Jika ingin efisiensi terbaik, kecepatan 80-90 km/jam jauh lebih hemat dibanding 100-120 km/jam.
Baca Juga: Apakah VinFast Berpotensi Jadi Pemimpin EV di Asia Tenggara?
Di Asia Tenggara, karakter jalan kita punya kombinasi unik: sering ada macet di jam sibuk, jalan kota kadang tidak rata, dan tol intercity cukup panjang. Ini membuat karakter konsumsi daya EV sangat bergantung pada gaya mengemudi. Jika orang memakai VinFast VF 8 atau VF 9 sebagai mobil harian urban, konsumsi daya akan terasa lumayan hemat. Tetapi jika tiap minggu sering perjalanan jauh melalui tol, maka konsumsi baterai akan terasa lebih cepat turun.
Ada faktor lain yang sering terlupakan: AC. Asia Tenggara adalah wilayah tropis. AC dipakai hampir 24 jam setiap mobil berjalan. AC dalam EV memakan daya. Walau tidak sebesar heater di negara musim dingin, AC tetap punya konsumsi. Jika AC disetel terlalu dingin, dan kapasitas kabin besar seperti VF 9, maka daya AC bisa memotong jarak tempuh real. Jadi strategi penggunaan AC adalah kunci efisiensi.