otomotif

Strategi Tim Jelang Balapan di Mandalika: Data, Setup Motor, dan Tantangan Panas Ekstrem

Rabu, 8 Oktober 2025 | 00:46 WIB
Moto GP 2025 (Realitasonline/ www.motogp-indonesia.com/id)

Realitasonline.id- Sirkuit Mandalika kembali menjadi sorotan dunia jelang seri ke-16 MotoGP 2025. Lintasan yang terletak di pesisir selatan Lombok, Nusa Tenggara Barat, ini dikenal bukan hanya karena keindahannya, tetapi juga karena tantangan teknis dan cuaca ekstrem yang bisa mengubah jalannya balapan.

Setiap tim kini berlomba menyiapkan strategi terbaik, mulai dari setup motor Mandalika, manajemen suhu ban, hingga adaptasi pembalap terhadap kondisi tropis yang tak mudah ditaklukkan.

 1. Data dan Persiapan Teknis Jadi Kunci

Berbeda dengan sirkuit Eropa yang sudah lama menjadi langganan MotoGP, Sirkuit Mandalika masih tergolong “muda”. Artinya, data teknis yang dimiliki tiap tim masih terbatas. Karena itu, pengumpulan data dari sesi latihan bebas (FP1 dan FP2) menjadi momen krusial untuk menentukan arah setup motor.

Baca Juga: Seri Panas di Mandalika: Apa yang Membuat MotoGP Indonesia 2025 Jadi Spesial?

Tim seperti Ducati Lenovo, Pramac Racing, dan Gresini Racing biasanya mengandalkan data telemetry dari tahun-tahun sebelumnya untuk menentukan baseline awal. Setelah itu, insinyur akan menyesuaikan mapping mesin, tekanan ban, serta distribusi bobot sesuai kondisi lintasan terkini.

“Setiap milimeter di setup sangat penting di Mandalika,” ujar salah satu teknisi Ducati. “Suhu tinggi bisa mengubah grip ban dan keseimbangan motor secara drastis.”

 

2. Panas Ekstrem, Musuh Utama di Mandalika

Salah satu faktor paling menentukan di Mandalika adalah panas ekstrem. Suhu permukaan aspal bisa mencapai 60 derajat Celsius pada siang hari, menjadikannya salah satu lintasan terpanas di kalender MotoGP 2025.

Kondisi ini memengaruhi hampir semua aspek performa motor, mulai dari degradasi ban, efisiensi pendinginan mesin, hingga stamina pembalap.

Tim-tim pabrikan melakukan penyesuaian khusus untuk mengatasi situasi ini. Ducati fokus pada manajemen pendinginan mesin dengan menambah ventilasi udara di fairing.

Yamaha menyesuaikan rasio gearbox agar pembalap bisa menjaga ritme tanpa harus bekerja terlalu keras di panas ekstrem.

KTM dan Aprilia memilih strategi agresif dengan memanfaatkan torque di tikungan lambat agar bisa menyalip di area yang sulit. Selain itu, tim juga memantau suhu ban secara real time melalui sensor tekanan dan termal.

Halaman:

Tags

Terkini