otomotif

Strategi Tim Jelang Balapan di Mandalika: Data, Setup Motor, dan Tantangan Panas Ekstrem

Rabu, 8 Oktober 2025 | 00:46 WIB
Moto GP 2025 (Realitasonline/ www.motogp-indonesia.com/id)

Data ini menentukan kapan pembalap harus menjaga ritme dan kapan bisa menyerang.

 

3. Setup Suspensi: Keseimbangan antara Stabilitas dan Traksi

Setup motor Mandalika sangat rumit karena karakter lintasan yang bervariasi. Sirkuit ini memiliki kombinasi tikungan cepat seperti T4–T5 dan tikungan lambat teknikal seperti T10–T11. Artinya, suspensi harus disetel untuk tetap stabil di kecepatan tinggi namun tetap fleksibel di area pengereman keras.

Tim-tim besar seperti Repsol Honda dan Ducati Lenovo biasanya menggunakan data dari simulasi untuk menentukan preload dan rebound suspensi.

Baca Juga: Efek Gelar Juara Sudah Dipastikan: Bagaimana Motivasi Pembalap di Seri MotoGP Indonesia 2025 Berubah Setelah Márquez Kunci Gelar Dunia

Suspensi depan diatur sedikit lebih keras agar motor tetap stabil saat hard braking. Suspensi belakang dibuat lebih lembut untuk menjaga traksi ban belakang, terutama di tikungan keluar yang cenderung licin karena pasir pantai.

Mandalika juga dikenal memiliki perubahan elevasi ringan yang memengaruhi distribusi bobot saat akselerasi. Karena itu, pengaturan geometri motor—seperti rake dan wheelbase—sering disesuaikan selama sesi latihan untuk menemukan kombinasi paling optimal.

 

4. Manajemen Ban: Strategi yang Menentukan Hasil Balapan

 

Dalam kondisi panas ekstrem, ban menjadi faktor paling kritis. Setiap tim harus memilih antara kompon keras (hard) untuk ketahanan atau kompon medium untuk grip lebih baik di awal. Namun, keputusan ini tidak mudah karena perubahan suhu bisa membuat ban cepat aus.

Michelin, sebagai pemasok ban resmi MotoGP, biasanya membawa tiga jenis kompon berbeda ke Mandalika.

Baca Juga: Mitsubishi Outlander Sport Dimodifikasi Elegan Rasa JDM, Lampu Depan Diubah dari Chrome Jadi Black Smoke

Menurut data, suhu lintasan di atas 50°C bisa menurunkan performa ban soft hingga 25% lebih cepat dibandingkan di lintasan normal. Karena itu, strategi konservatif sering dipilih—terutama untuk pembalap yang menargetkan finis konsisten daripada kemenangan instan.

Halaman:

Tags

Terkini