Realitasonline.id | Penggunaan gigi transmisi yang tidak tepat, terutama pada mobil manual, seringkali menjadi salah satu kebiasaan mengemudi yang paling merugikan efisiensi bahan bakar (BBM). Kesalahan dalam menentukan rasio gigi yang sesuai dengan kecepatan dan putaran mesin tidak hanya mempercepat keausan komponen transmisi, tetapi juga memaksa mesin bekerja di luar zona efisiennya, yang berujung pada meningkatnya konsumsi BBM.
Kondisi "salah oper" gigi yang paling umum terjadi adalah menggunakan gigi tinggi (misalnya gigi 4 atau 5) pada kecepatan terlalu rendah atau memaksakan mobil berakselerasi dari gigi yang terlalu rendah (misalnya dari gigi 1 langsung ke gigi 3).
Saat pengemudi memaksakan gigi tinggi di kecepatan rendah, putaran mesin (Revolution per Minute/RPM) akan turun drastis. Mesin menjadi 'ngeden' atau bekerja terlalu berat di bawah torsi yang dibutuhkan. Untuk mendapatkan kembali tenaga, pengemudi secara naluriah akan menginjak pedal gas lebih dalam. Inilah yang menyebabkan pemborosan; mesin menyuplai lebih banyak bahan bakar tanpa menghasilkan kecepatan yang proporsional, karena torsinya tertahan oleh rasio gigi yang salah.
Sebaliknya, memacu mobil pada gigi rendah (misalnya gigi 2 atau 3) di kecepatan tinggi juga sama borosnya. Putaran mesin akan melonjak sangat tinggi. Meskipun tenaga yang dihasilkan besar, namun pembakaran yang terjadi menjadi tidak efisien. Tenaga mesin terbuang sia-sia hanya untuk menaikkan RPM tanpa adanya peningkatan kecepatan signifikan yang sebanding. Para ahli menyarankan, perpindahan gigi yang ideal untuk mencapai efisiensi BBM maksimal adalah menjaga putaran mesin berada dalam rentang ideal, umumnya antara 2.000 hingga 2.500 RPM, di mana torsi mesin paling optimal untuk berakselerasi tanpa membuang-buang bahan bakar. Oleh karena itu, keterampilan mengoper gigi yang halus dan tepat waktu merupakan kunci utama dalam praktik mengemudi hemat BBM.