Microwave Muncul di Debat Pilkada Tapsel 2024, Alat Memasak atau Tekhnologi Komunikasi?

photo author
- Rabu, 6 November 2024 | 21:26 WIB
Armin Nasution (Foto). (Realitasonline.id/Dok)
Armin Nasution (Foto). (Realitasonline.id/Dok)

Baca Juga: Polres Padangsidimpuan Tabur Ribuan Bibit di Kolam Ikan Pesantren Hajijah Amalia Sari.

“ Udak Gus, setahu saya microwave itu alat untuk masak. Apakah bisa microwave itu untuk teknologi seperti itu, ” kata Dolly Pasaribu dengan nada menyudutkan jawaban Gus Irawan.

Dengan tegas, Gus Irawan Pasaribu pun menjelaskan tentang microwave link. Microwave transmission ini memang mampu mengirimkan dan membawa data ke server dan teknologi seperti itu sudah pernah dijalankan di Bank Sumut untuk menjangkau nasabah di pelosok.

Begitupun Gus Irawan tidak menyudutkan jawaban Dolly Pasaribu. Dia hanya meminta agar anak muda lebih banyak belajar sehingga tidak ketinggalan. Sebab dunia berkembang pesat dengan berbagai jenis saluran informasi, aplikasi serta teknologi.

Sejujurnya saat saya mendengar debat di sesi satu ini, saya sudah senyum-senyum. Kapasitas intelektual, penguasaan bahan, tata cara menjawab yang tidak mengedepankan sentimen serta bahasa tubuh yang santun menunjukkan kapasitas Gus Irawan Pasaribu dan di tulisan ini saya memang hanya sekedar membahas istilah microwave link itu.

Baca Juga: Premi Program Restrukturisasi Perbankan Diterapkan Mulai Tahun 2025, LPS: Aset Bank di Bawah Rp1 Triliun Bayar PRP Rp0

Karena secara umum debat Pilkada Tapsel putaran pertama ini tidak menguntungkan petahana. Bagaimana tidak, pertanyaan dari panelis yang dibacakan moderator pun sudah menunjukkan bagaimana Tapsel dikelola. Contohnya apa?

Pertama moderator menanyakan indeks pelayanan publik. Moderator bertanya, indeks pelayanan publik di Tapsel masih kategori B dengan skor 3,52 di tahun 2023 dengan kinerja terendah dari tiga sampel adalah pelayanan rumah sakit dengan skor 3,13.

Begitu juga dengan sub tema pendidikan, moderator juga bertanya, berdasarkan data BPS 2023 rata-rata lama sekolah di Tapsel itu 9,5 tahun bahkan kalah dibanding rata-rata lama sekolah Provinsi yang 9,8 padahal ini merupakan salah satu program nasional untuk meningkatkan wajib belajar 12 tahun.

Dengan semua data dan pertanyaan dari moderator itu saya beranggapan dan menyimpulkan kinerja Pemkab Tapsel. Belum lagi soal LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) sebagai instrumen yang digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja organisasi dan pelaksanaan tugas pejabat publik.

Baca Juga: Debat Publik Terkait Bimtek Dana Desa di Tapsel, Dolly Pasaribu Singgung Ada Peran APH

LAKIP Tapsel ini dari debat Pilkada kemarin terungkap masih di peringkat CC tidak beranjak dari sebelumnya. Padahal ini indikator kinerja resmi pemerintah. Jadi sebanyak apapun penghargaan selama ini, faktanya dibantah oleh pertanyaan yang disiapkan panelis dan dibacakan moderator.

Saya juga meminjam istilah Gus Irawan Pasaribu di debat itu ketika membahas Dana Desa, yang mana, Gus Irawan yang sudah berdiskusi dengan semua Kepala Desa menyatakan Dana Desa yang digunakan habis untuk kegiatan Bimbingan Tekhnis (Bimtek).

Waktu itu Gus Irawan menanyakan kepada Kepala Desa berapa lagi Dana Desa untuk fisik ? dan dijawab para Kepala Desa, ' toss do bapak (bahasa Tapsel yang artinya, habis semuanya pak).

Maka dari acara itu saya bisa sampaikan toss do lawan debat ibaen Gus Irawan. Artinya, habis dibuat Gus Irawan lawan debatnya. Padahal belum lagi Gus Irawan bicara capaian kinerjanya selama 10 tahun di DPR RI. *

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ayu Kesuma Ningtyas

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Gubsu : Bantuan Korban Bencana Harus Tepat Sasaran

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:07 WIB
X