Tak jarang, pakkat juga diolah menjadi gulai atau anyang yang semakin lezat jika disantap bersama ikan mas panggang.
Meskipun memiliki rasa sedikit pahit dan kelat, pakkat dipercaya memiliki manfaat kesehatan seperti menambah tenaga, mengobati darah tinggi, diabetes, rematik, serta menguatkan otot tubuh.
Khusus di Kota Padangsidimpuan mencari pakkat tidaklah sulit terutama saat Ramadhan. Puluhan pedagang dadakan memenuhi pasar-pasar tradisional dan kawasan pinggiran jalan.
Para pedagang pakkat biasanya menjual pakkat dengan menggunakan meja atau beca sorong.
Harga pakkat bervariasi mulai dari Rp7.000 hingga Rp10 ribu per batang tergantung ukuran.
Dengan meningkatnya permintaan selama bulan Ramadhan, keberadaan pakkat semakin mengukuhkan posisinya sebagai kuliner khas Tabagsel yang tak lekang oleh waktu.
Tidak hanya sebagai makanan tradisional, tetapi juga sebagai sumber penghidupan bagi banyak pedagang di Padangsidimpuan dan sekitarnya.
Mengais Rezeki
N Br Siregar (50 tahun), pedagang pakkat di Jalan Sudirman Pasar Sadabuan Kecamatan Padangsidimpuan Utara mengaku telah berjualan pakkat selama 15 tahun. Ia mengatakan usaha ini membantunya menambah penghasilan keluarga.
"Daripada tidak ada pekerjaan, lebih baik jualan pakkat. Lumayan untuk membantu ekonomi rumah tangga, " ujar ibu asal Hutaimbaru yang suaminya bekerja sebagai sopir truk.
Duakuinya, saat bulan Ramadhan, ia menyiapkan 300 hingga 400 batang pakkat bakar untuk dijual. Dengan modal sekitar Rp1 juta hingga Rp1,5 juta.
Ia membeli 400 batang pakkat mentah dari petani di Muara Batangtoru Tapsel dan daerah Padang Bolak Paluta.
Pakkat mentah dibeli seharga Rp 5.000 per batang, kemudian dibakar dan dijual dengan harga Rp7.000 hingga Rp10.000 per batang. Jika dagangannya habis, ia memperoleh keuntungan yang cukup lumayan.