Realitasonline.id - Tapanuli Selatan | Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) semakin mendekati fase akhir konstruksinya. Dengan kapasitas 510 MW.
PLTA Batangtoru ini digadang-gadang akan menjadi tulang punggung pasokan listrik ramah lingkungan di wilayah Sumatera, sekaligus langkah konkret Indonesia menuju transisi energi ramah lingkungan.
Demikian dikatakan Hadi Susilo, Expert Sipil Bangunan Air PT Nort Sumatera Hidro Energy (PT NSHE) selaku pengelola proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru.
Baca Juga: Pemkab Palas Lakukan Pembenahan Kota Tertibkan Pedagang Secara Persuasif
Dia mengatakan hal itu saat menjadi pemateri pada Jurnalis Gathering bertema Sinergi Energi Merajut Masa Depan yang diselenggarakan PT NSHE di Syakirah The View and Resto Aek Sabaon Julu Kecamatan Marancar Kabupaten Tapsel, Rabu (23/4/2024).
Dia menerangkan, setelah mengalami berbagai tantangan, progres pembangunan PLTA berhasil menembus seluruh jaringan terowongan bawah tanah sepanjang 13,5 km, sebagai tonggak penting yang membuka jalan bagi percepatan penyelesaian proyek.
"PLTA Batangtoru bukan hanya soal listrik. Ini tentang masa depan yang lebih hijau, stabilitas energi dan pengurangan emisi karbon yang signifikan, " ujar Hadi Susilo.
Ia menjelaskan, proyek ini juga tidak lepas dari kontroversi, karena terletak di ekosistem Batangtoru, rumah bagi orangutan Tapanuli, yang merupakan spesies kera besar paling langka di dunia.
"Banyak aktivis lingkungan menyuarakan kekhawatiran terhadap dampak ekologisnya. NSHE menanggapi hal ini dengan menyatakan komitmennya terhadap konservasi dan pembangunan berkelanjutan melalui berbagai studi dan mitigasi risiko lingkungan, " tegasnya.
Menurutnya, jika tak ada hambatan, PLTA Batangtoru dijadwalkan beroperasi secara komersial pada 2026 dan diproyeksikan mampu mengurangi emisi karbon hingga 2,2 juta ton per tahun atau setara dengan menanam lebih dari 12 juta pohon.
Ia menerangkan, terkait manfaat utama PLTA Batangtoru baik secara oasojan listrik, sosial, ekonomi dan lingkungan, dimana dengan kapasitas 510 MW, PLTA Batangtoru dapat menyuplai kebutuhan listrik pada saat beban puncak di wilayah Sumatera Utara dan membantu mengurangi ketergantungan terhadap pembangkit listrik berbahan bakar fosil.
Baca Juga: Kejuaraan Panahan Kasau Cup 2025 di Lembang, Koopsud II Makasar Juara Umum
Disamping itu, PLTA Batangtoru juga mampu melakukan efisiensi biaya energi hingga US$383 juta per tahun dalam biaya bahan bakar fosil dan mengurangi biaya operasional sektor energi dalam jangka panjang.
" Transisi energi nasional menjadi bagian dari strategi nasional untuk meningkatkan porsi Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk mendukung target net zero emission Indonesia di tahun-tahun mendatang, " katanya.