Persiapan mental dan emosional yang baik akan membantu para jamaah mengatasi perubahan yang terjadi dalam perjalanan mereka.
Keagungan nilai-nilai ibadah haji yang penting untuk dikokohkan dalam diri orang yang sudah berhaji tentu harus dibarengi dengan nasihat dan anjuran Islam bagi orang yang telah menunaikan ibadah haji yakni, Menerapkan Hikmah dan Pelajaran. Setelah menunaikan ibadah haji, disarankan bagi jamaah untuk menerapkan hikmah dan pelajaran yang didapat selama perjalanan tersebut. Haji adalah momen spiritual yang intens, di mana jamaah diberi kesempatan untuk memperdalam iman dan meningkatkan kualitas ibadah.
Oleh karena itu, mereka diharapkan mengimplementasikan nilai-nilai Haji dalam kehidupan sehari-hari, seperti kesederhanaan, ketekunan, dan ketundukan kepada Allah.
Mengamalkan Sunnah Nabi. Setelah haji, dianjurkan bagi jamaah untuk mengamalkan sunnah-sunnah Nabi Muhammad SAW yang terkait dengan haji. Hal ini mencakup amalan-amalan seperti melakukan umrah tambahan, berpuasa pada hari-hari tertentu dan melakukan doa-doa dan dzikir yang dianjurkan. Dengan mengamalkan sunnah-sunnah ini, jamaah dapat terus memperkuat hubungan spiritual dengan Allah dan mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW.
Baca Juga: DPRD Apresiasi Pemko Padangsidimpuan Gerak Cepat Salurkan Bantuan Pangan CBP Tepat Sasaran
Hendaklah tetap menjaga persaudaraan dan kebersamaan. Salah satu nilai penting yang ditekankan dalam haji adalah persaudaraan dan kebersamaan antar umat Muslim. Setelah haji, diharapkan bagi jamaah untuk menjaga dan memperluas persaudaraan tersebut. Mereka diharapkan untuk saling mendukung, berbagi pengalaman dan menjaga kerukunan dalam masyarakat. Hal ini mencakup menghormati perbedaan, membantu sesama, dan berperan aktif dalam kegiatan sosial yang bermanfaat bagi umat manusia sehingga orang yang telah menunaikan haji dapat memperkuat ikatan spiritualnya dengan Allah, meningkatkan kualitas ibadah, dan berkontribusi bagi pembangunan manusia muslim khususnya.
Sebagai simpulan dari pelaksanaan ibadah haji yang mulia ini. Penulis
berusaha memberi pemahaman yang utuh bahwa pelaksanaan haji yang begitu kompleks harus melibatkan institusi negara di dalamnya yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang, sehingga kepatuhan terhadap aturan proses perhajian yang sudah dirancang sedemikian rupa dengan melibatkan para ahli tentu mesti menjadi hal yang harus diataati bersama oleh umat dan jamaah haji khususnya.
Haji adalah symbol ketaatan kepada Allah, Rasulullah dan para pemimpin.
Ketaatan terhadap pemimpin ini juga sudah disampaikan melalui ayat dan Hadits Nabi SAW yakni dalam Al-Quran Surat Ali ‘Imran:32: "Katakanlah: 'Ta'atilah Allah dan Rasul.' Jika mereka berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir." Ayat ini menegaskan pentingnya ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan kepada Allah berarti patuh terhadap perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan menjalankan ibadah dengan ikhlas.
Baca Juga: Kempo Sumut Siapkan 20 Atlet Rebut 2 Medali Emas PON 2024
Ketaatan kepada Rasul-Nya berarti mengikuti petunjuk dan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai tafsir dan penjelasan dari wahyu Allah. Ayat ini juga menekankan bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang ingkar dan menolak untuk mentaati-Nya dan Rasul-Nya.
Demikian juga dalam Surat al-Nisa ayat:59: "Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (Sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Ayat ini menggarisbawahi bahwa ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya harus dilakukan oleh setiap orang yang beriman. Selain itu, ayat ini juga menunjukkan pentingnya mengikuti otoritas yang ditetapkan oleh Allah, yaitu ulil amri (pemimpin atau otoritas dalam masalah agama dan masyarakat). Ayat ini juga memberikan petunjuk tentang penyelesaian perbedaan pendapat, yaitu dengan merujuk kembali kepada Al-Quran dan Sunnah Rasul sebagai sumber otoritatif yang harus dijadikan pegangan.
Baca Juga: Pria Kurus Di Tebing Tinggi Diciduk Polisi Gegara Dikibusi
Demikian juga adanya anjuran dalam Hadits Rasulullah SAW dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda : "Mendengar dan taat adalah kewajiban setiap Muslim, dalam hal yang dia sukai atau tidak, selama dia tidak diperintahkan untuk melakukan maksiat. Jika diperintahkan untuk melakukan maksiat, maka tidak ada ketaatan dalam hal itu" (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini menegaskan pentingnya ketaatan kepada pemimpin selama perintah tersebut tidak melibatkan perbuatan maksiat. Umat Islam diharapkan untuk mendengar dan taat terhadap pemimpin yang sah dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan ajaran agama.
Dalam rangka ketaatan terhadap pemimpin, terkhusus dalam penyelenggaraan ibadah haji sudah maksimal melakukan fasilitasi umat dan khusunya jamaah haji, tentu mengikuti dan memberi dukungan kepada pemerintah sebuah keharusan diiringi dengan penghargaan yang tinggi karena sudah mementingkan kepentingan menjalankan agama penduduknya. Semoga pemikiran ini membawa manfaat dalam rangka menambah ketaatan kepada Alla, Rasulullah dan para pemimpin bangsa. Amin.