PALAS - realitasonline.id| Irigasi merupakan salah satu pendukung sektor pertanian dan penting dalam pembangunan perekonomian, fungsi dan perannya dalam penyediaan pangan bagi penduduk, serta bergantungnya mata pencaharian penduduk di pedesaan.
Namun, pembangunan irigasi Saba Rimba yang ada di Desa Paringgonan, kecamatan Ulu Barumun kabupaten Padang Lawas, yang di bangun tahun 2019, kondisi kini dinding roboh dibeberapa titik, ini diduga karena sejak awal pembangunan irigasi tersebut tidak memenuhi persyaratan mutu maupun spesifikasi teknis.
Pembangunan irigasi tersebut menggunakan Dana Alokasi Umun (DAK) tahun 2019, dengan nomor kontrak 610/03/SPKK-PR/PML-WIL.IV/DAK/2019, dengan harga penawaran terkoreksi, Rp. 2.484.797.138,- dan konsultan pengawas CV. Jasa Persada konsultan. Pekerjaan yang dikerjakan CV. Fadilah Jaya ini dengan jangka waktu pengerjaan selama 120 hari.
Kepala bidang (kabid) Irigasi, PUPR Padang Lawas, Ade Martua Harahap ST, terkait standar usia bangunan irigasi, Senin (4/7) menjelaskan bahwa, Proses pembangunan irigasi meliputi perencanaan, pembuatan, pengelolaan, serta persyaratan mutu maupun spesifikasi teknis, baru dapat diprediksi usia standar bangunan tersebut.
"Standar usia bangunan irigasi dapat dilihat, dari perencanaan, proses pembuatan, dan mutu bahan serta
spesifikasi teknis," jelasnya.
Masyarakat setempat yang juga ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia
(HKTI), Indra Leo Hasibuan mengatakan, kecamatan Ulu Barumun merupakan areal pertanian sawah yang memerlukan pengairan stabil untuk kelangsungan pertanian.
Indra Leo juga menyayangkan usia irigasi yang di bangun dari Dana Alokasi Khusus (DAK) tersebut hanya bertahan 1 tahun. Dampaknya pengairan untuk pertanian tidak sesuai dengan yang di harapkan.