Dari sasaran balita tahun 2022 sebesar 47.373 jiwa, baru 31.338 (82,4 persen) balita yang diukur di Sergai. Dari hasil pengukuran dan pengentrian terakhir dari aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (PPGBM), Sekdakab menyampaikan didapati bahwa balita stunting di Sergai sebanyak 884 balita (2,8 persen), underweight sebanyak 408 balita (1,3 persen), dan wasting 359 balita (1,1 persen).
“Pemerintah telah menetapkan penurunan stunting sebagai prioritas nasional yang dilaksanakan secara lintas sektor di berbagai tingkatan sampai dengan tingkat desa. Salah satu upaya pemerintah dalam penanggulangan stunting di Sergai adalah dengan melibatkan seluruh OPD, lintas sektor, dan lintas profesi,” ucapnya.
Di akhir wawancara, Sekdakab Faisal Hasrimy kembali mengajak seluruh pihak untuk berpartisipasi aktif dalam menekan angka stunting di Kabupaten Sergai. Ia juga berharap agar kegiatan pengukuran stunting dapat dilakukan secara rutin dan terus ditingkatkan kualitasnya agar hasilnya dapat semakin akurat.
“Dengan komitmen dan upaya bersama antara pemerintah daerah dan masyarakat, diharapkan angka stunting di Kabupaten Sergai dapat terus menurun dan pada akhirnya mencapai target nasional yaitu 0 persen prevalensi stunting pada 2030 di Indonesia,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Pon, dr. Rostini, mengapresiasi kegiatan tersebut karena dapat mengetahui seberapa jauh prevalensi stunting di wilayahnya. Ia berharap kegiatan serupa dapat rutin dilakukan karena sangat membantu dalam menekan angka stunting di wilayahnya.
“Kegiatan pengukuran stunting yang dilakukan di Kabupaten Sergai mendapat sambutan yang baik dari sejumlah tokoh masyarakat dan pelajar. Mereka berharap agar kegiatan serupa dapat dilakukan di seluruh kecamatan di wilayah tersebut, sehingga angka stunting dapat ditekan dan terus menurun hingga mencapai target nasional,” jelasnya.
Namun demikian, dr. Rostini menyebut Pemkab Sergai tidak hanya fokus pada kegiatan pengukuran stunting, tetapi juga melakukan berbagai program intervensi gizi spesifik dan sensitif. Program-program tersebut mencakup peningkatan akses pangan berkualitas dan bergizi, pemberian tablet tambah darah (TTD) bagi ibu hamil dan menyusui, serta pelaksanaan posyandu untuk balita.
“Menekan angka stunting tidaklah mudah, dan memerlukan kerja sama yang baik antara berbagai pihak terkait. Oleh karena itu, pemerintah setempat terus berupaya untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya nutrisi yang seimbang bagi anak-anak, terutama dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu, pemerintah juga melakukan pemantauan dan evaluasi secara terus menerus terhadap program-program intervensi gizi yang telah dilaksanakan, agar dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan program tersebut dalam menekan angka stunting,” katanya lagi.
Diharapkan olehnya, dengan adanya kerja sama yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait, maka angka stunting di wilayah Sergai dapat ditekan dan terus menurun. Sehingga, anak-anak di wilayah tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara sehat, serta dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki untuk masa depan yang lebih baik.