Oleh Prof Dr Nurhayati MAg, Rektor UINSU
Realitasonline.id Perayaan Hari Santri tahun 2023 banyak catatan yang harus diperbaharui oleh kalangan Pondok Pesantren.
Hal ini dikarenakan zaman dan era yang sudah berkembang dan harus disesuaikan dengan zamannya, dengan kata lain peradaban sudah berubah dan Peradaban mengalami pergeseran (shifting civilizations).
Setiap zaman memiliki tantangan yang beragam, para Pondok Pesantren harus bisa melihat peluang.
Dari kemampuan menghadapi tantangan (challenge) dan melihat peluang (seeing opportunities), nantinya akan ada “Kemaslahatan”, bahwa hal apa saja yang harus dijaga (al-muhafaza), dan hal apa yang harus diperbaharui (al-aghzu).
Sudah saatnya Pondok Pesantren membuka mata melihat kemajuan zaman, dan membuka diri terhadap hal-hal yang selama ini bisa membuat umat Islam tertinggal.
Bagaimana Pesantren bisa menjadi inkubasi dimulainya suatu peradaban dari hal bawah.
Baca Juga: Ini Strategi Humas Polres Tapsel Cegah Hoaks Jelang Pemilu 2024
Hal ini dikarenakan Pesantren memainkan peran “pendidikan” dan “penanaman karakter”. Harus ada penyesuaian digitalisasi pada tubuh Pesantren di Indonesia.
Resolusi Jihad Santri dan Hubungannya dengan Digitalisasi
Dahulu, disaat kemerdekaan Indonesia masih seumur jagung, para santri melawan penjajah yang enggan pergi dari Indonesia.
Namun perlawanan dari pribumi masih ada yaitu dari kalangan Santri yang dipimpin Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari pendiri Nahdlatul Ulama.
Mbah Hasyim mengumpulkan konsul dari Jawa dan Madura dan menyusun sebuah perang perlawanan terhadap penjajah dan memutuskan “Resolusi Jihad” yang menentukan nasib Indonesia pada tanggal 9-10 November 1945.
Ribuan Santri, para Kiyai dan Ulama berbondong-bondong datang ke Surabaya dan menepikan sejumlah perbedaan untuk mengutamakan persatuan yaitu mengusir penjajah dan mempertahankan NKRI.
Para Santri sudah dari dahulu ditanamkan “nasionalisme” dan “patriotisme”, itulah yang dilakukan Mbah Hasyim ketika menanamkannya di Pesantren dan Jam'iyah yang dipimpinnya.
Baca Juga: Bupati Belitung Timur Ajak Masyarakat Minum Obat Pencegahan Kakigajah
Sekarang Indonesia tidak sedang mengusir penjajah, tidak sedang berperang fisik. Kita sedang berada dalam perang teknologi (technology war) dan perang ekonomi (economic war).
Oleh karenanya harus ada perubahan yang diambil dan ditanamkan ke dalam pemahaman para Santri.
Siapa yang tidak menguasai teknologi akan tertinggal dan tergantikan (replaceable) dan siapa yang tidak menguasai ekonomi akan mengalami krisis (crisis).