Inilah Resolusi Jihad yang harus dipertimbangkan di Era Digitalisasi saat ini.
Kita tidak boleh anti terhadap hal-hal yang berkembang, harus bisa mengikuti dan menguasai zamannya.
Baca Juga: Selain Imbangi Modernisasi, Bobby Nasution Ingin Masjid Mandiri Bermanfaat Bagi Warga Sekitar
Dunia ini berubah dengan cepat, kalaulah Pesantren dan para Santri tidak cepat menyesuaikan diri (adjustment), maka peradaban akan meninggalkan kita.
Karena peradaban akan terus bersifat dan bergerak ke depan.
Santri, Teknologi dan Enterpreneur
Seorang santri tidak hanya cukup dibekali pemahaman agama saja (orientasi akhirat) ataupun hal-hal berkenaan pribadatan dan persoalan fikih.
Tetapi harus memiliki dua hal yang tidak bisa dihiraukan di era digital. Yaitu adalah menguasai “Teknologi” dan berjiwa “Enterpreneur”.
Dengan kata lain antara Tradisional dan Modernitas harus bisa seimbang dan saling terintegrasi.
Hal ini juga dibenarkan oleh kaidah “al Muhafaza 'ala al-qadim as-Shalih, wa al-ghzu bil al-jadid al-ashlah” menjaga atau memelihara yang sudah baik dan mengambil hal yang lebih baik lagi.
Terlebih lagi sekarang sudah memasuki fase 5.0 (five point zero) yaitu sebuah konsep masyarakat yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi.
Masyarakat bisa dengan gampang menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial.
Baca Juga: Bersama Pangdam I/BB, Bobby Nasution Kembali Susur Sungai Deli, Progres Pembersihan Capai 25 Persen
Ditambah lagi kehadiran AI (artificial intelegence) sebagai kecerdasan buatan yang bisa memudahkan manusia dalam berbagai hal.
Gimana jika Santri tidak bisa menguasai hal ini ? Santri akan tertinggal dan tergantikan oleh kemajuan teknologi dan ditenggelamkan zaman.
Begitu juga jika santri tidak memiliki kemampuan “enterpreneurship”, kemampuan melakukan kegiatan ekonomi.