Melawan Radikalisme Dengan Dakwah di UMN Al Washliyah

photo author
- Jumat, 6 November 2020 | 17:12 WIB
Mahasiswa prodi Bahasa Indonesia saat paparan bintalma. (Ist)
Mahasiswa prodi Bahasa Indonesia saat paparan bintalma. (Ist)

Oleh: Ayu Kesuma Ningtyas

Sinar matahari siang itu sangat terik. Suhu cuaca cukup panas. Syukurnya, udara sejuk dari alat pendingin ruangan masjid Ismail Banda mampu mengusir hawa panas pada siang yang terik itu.

Terlihat dari dalam ruangan masjid, jemaah laki-laki dan perempuan tampak masih berada di tempatnya masing-masing dengan duduk bersila membentuk lingkaran. Padahal, imam sudah menyelesaikan salat Zuhur.

Ternyata, mereka sedang menunggu. Karena, sebentar lagi ada pemateri dari salah seorang jemaah yang akan menyampaikan ceramah selama tujuh menit.

Hari itu Rabu (4/11/2020) di Masjid Ismail Banda yang berada di lantai 2 kampus Arsyad Lubis Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al Washliyah Jalan Garu II Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan, sedang melaksanakan bina mental mahasiswa (bintalma) yang dikemas dalam bentuk ceramah.

Ceramah kali ini disampaikan oleh Anggi Tanjung, mahasiswa semester 7 Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) program studi Bahasa Indonesia. Dia menyampaikan materi tentang Rahmatan Lil Alamin (rahmat bagi semesta).

Mengutip isi ceramahnya, Anggi Tanjung menyebutkan prasa ini cukup populer di telinga umat Islam, dan sering dikaitkan jika muncul aksi radikalisme terorisme, atau kekerasan yang bernuansa keagamaan. Rahmatan Lil Alamin seharusnya dimaknai Islam yang merangkul atau mengayomi semesta dan segala isinya, tanpa kecuali. Untuk mencegah terjadinya pemahaman dan implementasinya yang ngawur terhadap suatu prinsip  umum dan fleksibel, umumnya dibingkai dalam acuan yang jelas yaitu syariat. Sikap dasar yang mestinya menjadi acuan utama dalam memperlakukan syariat adalah ketaatan, bukan analisa dan intepretasi. Tiap pemahaman dasar terkait suatu prinsip Islam tidak boleh dipaksa-paksakan untuk diterima oleh komunitas selain Islam. Sebab unsur pemaksaan itu sendiri bertentangan dengan prinsip Rahmatan Lil Alamin (merangkul atau mengayomi). Hal ini akan menjadi ranahnya dakwah. Sebab, dakwah adalah proses menyakinkan bukan pemaksaan, tutup Anggi Tanjung mengakhiri ceramahnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

PTPN1 Regional 1 Sembelih 13 Lembu, 4 Kambing

Minggu, 8 Juni 2025 | 06:46 WIB
X