Berdakwah hukumnya wajib bagi setiap muslim. Seorang muslim yang tidak berdakwah di akhirat nanti akan diazab karena meninggalkan dakwah. Bahkan mereka yang meninggalkan dakwah digolongkan orang-orang yang fasiq.
Demikian penjelasan yang dapat dipahami dari Alquran surah Al-A’raf ayat 164-165. Hukum berdakwah bagi setiap individu muslim sekaligus dua Fardhu ‘Ain dan Fardlu Kifayah. Jika setiap individu muslim mengetahui kebenaran walau sedikit saja maka wajib menyosialisasikannya inilah yang dikatakan kewajiban personal. Sedangkan menyampaikan kebenaran membutuhkan keahlian dan kepakaran tidak menjadi kewajiban pribadi melainkan kewajiban kelompok.
Kegiatan dakwah hari ini telah menjadi kegiatan prosesional. Kegiatan dakwah bukan lagi sekedar kewajiban setiap muslim akan tetapi telah menjadi profesi. Tidak terhitung lagi berapa banyak da’i yang menggantungkan sumber kehidupannya lewat dakwah. Hasilnya juga tidak bisa dipandang remeh mulai dari sekedar memenuhi dan mengasapi dapur keluarga sampai menjadi hartawan dari pundi-pundi dakwah. Bahkan banyak para selebritis dan artis yang tidak ragu-ragu lagi menjadi istri para da’i dan menjadi suami para da’iah.
Perlu direnungkan jika seluruh kerja-kerja dakwah di dunia telah cash and carry telah diselesaikan panitia masihkah ada lagi kelak pahala yang akan diterima di akhirat? Teringat sebuah hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Muslim.
Hadis tersebut menerangkan bahwa yang pertama sekali nanti dihisab di akhirat adalah orang yang mati syahid kemudian ulama yang memepelajari dan Alquran dan para hartawan yang dititipkan harta. Ketiga kelompok ini di dunia telah diberikan Allah nikmat yang banyak dan mereka mengakuinya di hadapan Allah. Namun semua mereka itu dilempar ke neraka. Orang yang mati syahid mengatakan dia mati syahid karena Allah.
Allah mengatakan kamu berdusta kamu mati syahid bukan karena aku tetapi agar kamu dikatakan pemberani dan kamu telah mendapatkan pujian itu di dunia. Lalu didatangkan seorang ulama yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya dan Allah bertanya apakah yang kamu lakukan dengan nikmat yang telah kuberikan.
Dia menjawab aku telah mempelajari Alquran dan mengajarkannya demi engkau. Allah menjawab engkau berdusta, engkau mempelajari Alquran dan mengajarkannya agar engkau dikatakan seorang yang mahir membaca Alquran dan engkau telah mendapatkan pujian itu di dunia.
Diapun dilempar ke neraka, terakhir didatangkan orang yang diberikan keluasan rizki di dunia dan Allah bertanya apakah yang engkau lakukan dengan nikmat itu. Dia menjawab aku menempuh jalan yang engkau suka sehingga harta tersebut kubelanjakan di jalanmu.
Engkau berdusta kata Allah, engkau melakukannya bukan karena aku tetapi agar engkau dikatakan dermawan dan engkau telah mendapatkan pujian itu di dunia. Oleh sebab itu kepada para pecinta amal saleh terkhusus para da’i jangan lupa menguatkan keikhlasan dalam berdakwah.
Hadis di atas menegaskan tidak cukup hanya amal semata melainkan harus ikhlas karena Allah dan dijauhkan dari sikap riya karena riya termasuk syirik kecil. Yakinkanlah bahwa Allah akan menjamin rizki setiap hambanya yang menyiarkan Islam.
Da’i juga manusia butuh materi yes, tidak ada yang mengingkarinya. Da’i berharap ada rezeki yang mengalir dibalik dakwahnya yes karena da’i juga butuh kehidupan yang layak. Namun yang tidak seharusnya menjadikan materi sebagai tujuan.
Karena manakala itu menjadi tujuan dan atas dasar itulah dakwah digerakkan pertanyaannya adalah masihkah para da’i berharap pahala dan keutamaan di akhirat kelak sementara di dunia telah didapatkan dalam bentuk cash and carry.
Mumpung belum terlambat segera melakukan tajdidun niat atau pembaharuan niat. Jangan lupa dalam memulai dakwah minta kepada Allah agar diluruskan niat. Kalaupun terjadi turbulensi dakwah akibat perubahan niat yakinlah Allah maha kaya dan banyak cara untuk memuliakan hambanya. Semoga ibadah dan amaliah ramadhan yang dilakukan semata-mata mencari keridhaan Allah. Amiin. Wallahu A’lam.