Muhammad Anggie J Daulay selaku anggota tim pengabdian yang bertugas menyampaikan materi tentang puisi menuturkan bahwa puisi lebih dari curahan hati, "puisi adalah letupan jiwa, lebih jauh bisa kita maknai sebagai gejolak batin dari apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan baik oleh diri sendiri maupun yang diamati dari orang lain.
Apa saja bisa kita sajikan melalui puisi. Baik itu tentang cinta, kesedihan, kemiskinan, kritikan ataupun lingkungan yang ada di sekeliling kita. Momentum saat ini bisa kita manfaatkan untuk membuat suatu puisi berbasis ekologi yang merepresentasikan keadaan kita sekarang di Kampung Nelayan Seberang ini.
"Tapi adik-adik harus paham bahwa puisi terikat oleh irama, rima, persajakan dalam susunan bait-bait yang ingin dihasilkan adalah keindahan bahasa dalam puisi itu sendiri, berbeda dengan cerpen dan novel yang bahasanya lebih bebas dan tidak terikat persajakan," jelasnya.
Baca Juga: Calhaj Siantar Kloter 7 Ditepungtawari Berangkat ke Arab Saudi Terjadual
Di kesempatan yang sama, Syairal Fahmy Dalimunthe juga memberikan stimulus terkait ekologi kelautan yang dapat dimanfaatkan menjadi ide cemerlang dalam menentukan tema yang diangkat pada puisi. Ketika kita membuat puisi, kita juga berusaha agar gagasan atau ide tersampaikan ke orang lain, terangnya.
"Kita dapat menyelipkan pesan lewat bahasa-bahasa yang indah dan figuratif. Kita bisa memperoleh semua itu dari lingkungan kita. Pondok Belajar ini terapung di atas laut," ucapnya. (AY)