Realitasonline.id | Namira Purba, alumni Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) yang merupakan aktivis lingkungan dengan segala mimpi besarnya ini lahir dan tumbuh di salah satu sudut Kabupaten Langkat yaitu Desa Timbang Jaya.
Berawal dari keresahan dirinya yang tinggal di sekitar daerah Bukit Lawang, yang merupakan destinasi wisata mancanegara dengan segala keindahan alamnya, akan tetapi masih banyak sampah yang bertebaran karena kurangnya kesadaran masyarakat dan bantuan pemerintah terhadap kebersihan dan waste management.
Oleh karena itulah, Namira memiliki keinginan untuk membuat lingkungan sekitarnya asri dan bebas dari sampah. Namira memulai mewujudkan keinginannya itu dengan mendirikan Yayasan Sayap Proyek Indonesia atau Project Wings Sumatra. Yayasan Sayap Proyek Indonesia adalah sebuah organisasi non-pemerintah yang bergerak dalam bidang menjaga dan melestarikan lingkungan.
Baca Juga: Dosen Unimed Bawa Misi Mempertahankan Karya Sastra Puisi Ekologi Kelautan di Kampung Nelayan Belawan
Mimpi besarnya membawa perubahan kepada dunia ini pelan-pelan ia wujudkan dimulai dengan aksi-aksi kecil terhadap lingkungan sekitarnya. Namira bersama Yayasan Sayap Proyek Indonesia rutin melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menjaga dan melestarikan lingkungan, salah satunya seperti aksi bersih-bersih setiap hari Senin yang dinamakan Monday Clean Up Action.
Pada hari Sabtu mereka juga melakukan penanaman pohon di sekitar buffer zone, per bulan Mei 2023 jumlah pohon yang telah ditanam mencapai sekitar 90.000 pohon dari target awal yang ingin mencapai penanaman satu juta pohon.
Selain mimpinya untuk menanam satu juta pohon, Namira dan Yayasan Sayap Proyek Indonesia juga sedang membangun desa daur ulang yang harapannya dapat menjadi desa daur ulang terbesar di dunia.
Baca Juga: Rektor USU Prof Muryanto Amin Bertolak Ke Amerika Serikat Jalin Kerja Sama dengan WPI
Dalam proses pembangunan ini, Namira juga kerap mengajak masyarakat sekitar untuk peduli sampah dengan cara mensosialisasikan daur ulang sampah seperti bank sampah hingga compos house.
Walaupun memiliki banyak rintangan, tidak membuat Namira patah semangat untuk mengajak masyarakat peduli terhadap sampah, karena Namira merasa peran masyarakat sekitar sangat penting untuk membantu mewujudkan lingkungan yang bebas dari sampah karena lingkungan bersih merupakan tanggung jawab semua orang.
“Beberapa mindset dari masyarakat sering membuat sedih, mereka menganggap kami sebagai tukang sampah, padahal kami bukan tukang sampah kami bukan cleaning service, karena kami merasa kami mempunyai tanggung jawab terhadap lingkungan," tuturnya.
Baca Juga: USU Tambah Lagi Guru Besar Tetap Prof Khaira Amalia Facruddin Bidang Ilmu Manajemen Keuangan
"Dan yang ingin kami tekankan, bukan tanggung jawab Project Wings saja masalah lingkungan ini tetapi tanggung jawab semua orang, semua orang yang menghirup udara ini juga bertanggung jawab,” tambah Namira.
Membuat perubahan kepada lingkungan ini Namira dan Yayasan Sayap Proyek Indonesia selain untuk menjadikan lingkungan yang bersih dan nyaman juga dilakukan dengan harapan kelestarian lingkungan dapat terjaga sampai dirinya memiliki anak dan cucu nanti.
Baca Juga: Kemenag Sudah Siarkan Beasiswa Al Azhar, Ini Syarat Pendaftaran dan Tanggal Pentingnya
“Sebagai seorang perempuan yang suatu saat nanti juga sebagai ibu, saya mau anak saya juga merasakan hal yang sama kayak saya, dia berhak mendapatkan air yang bersih, dia juga berhak untuk menghirup udara yang segar, dia juga berhak mendengar suara burung, melihat orang utan," kata Namira.
"Saya gak bisa bayangin kalau suatu saat nanti cucu saya bertanya ‘apa itu orang utan?’ atau mereka juga kesusahan menghirup oksigen. Hal seperti itu mungkin terjadi suatu saat nanti kalau kita gak coba untuk melakukan perubahan dari sekarang,” pungkasnya.
Tim Penulis: The Influitive Publisher (Kelompok Tugas Mahasiswa Fisipol - USU)