Realitasonline.id-Mataram | Seorang dosen berinisial LR, yang mengajar di dua perguruan tinggi di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), dilaporkan terlibat dalam dugaan pelecehan seksual terhadap 10 mahasiswa.
Kasus ini mencuat setelah korban pertama melapor dengan pendampingan dari Koalisi Stop Kekerasan Seksual NTB pada Kamis (26/12/). LR diduga menggunakan dalih agama dan ritual 'mandi suci' sebagai modus operandi.
Ketua Koalisi Stop Kekerasan Seksual NTB, Joko Jumadi, menjelaskan bahwa pelaku memanfaatkan ayat suci sebagai cara untuk mendekati korban.
Korban diajak berdiskusi tentang agama, kemudian diminta menjalani ritual 'mandi suci' yang berujung pada tindakan pelecehan, seperti menyentuh dan memainkan alat kelamin korban.
Baca Juga: Sadis ! Balita 3 Tahun di Ketapang Tewas di Tangan Kakak Sendiri
"Pelaku memanfaatkan statusnya sebagai dosen dengan keahlian di bidang agama untuk mendapatkan kepercayaan korban," ungkap Joko.
Ia menambahkan, jumlah korban kemungkinan akan bertambah karena laporan terus berdatangan dari mahasiswa lainnya.
Pelecehan diduga berlangsung di beberapa lokasi, termasuk rumah pelaku dan komunitas keagamaan yang dipimpin oleh LR di Lombok Barat.
Salah satu korban, yang merupakan anggota komunitas tersebut, juga melaporkan pengalaman serupa. Status LR sebagai tokoh yang dihormati di lingkungannya diduga mempermudah pelaku menjalankan aksinya.
Korban melaporkan bahwa pelecehan ini terjadi pada periode Agustus hingga September 2024. Beberapa mahasiswa dari perguruan tinggi di luar dua institusi tempat LR mengajar juga disebut menjadi korban.
Hingga kini, baru satu korban yang resmi melaporkan kasus ini ke Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Dit Reskrimsus) Polda NTB. Namun, setidaknya 10 korban lain telah mengaku mengalami pelecehan serupa.
Baca Juga: Razia dan Tes Urine Sopir Angkutan Umum Warnai Operasi Lilin Toba 2024 di Padangsidimpuan
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda NTB, Kombes Syarif Hidayat, menyatakan bahwa pihaknya sedang melakukan penyelidikan mendalam terkait laporan ini.
“Laporan dari korban pertama sudah diterima. Penyelidikan masih berlangsung,” ujar Syarif.