Realitasonline.id | Paus Fransiskus telah mengambil langkah tegas dengan memecat sepuluh orang dari gerakan Katolik Sodalitium Christianae Vitae (SCV) di Peru, termasuk seorang uskup dan beberapa imam, pada Rabu (25/9).
Keputusan ini diambil setelah penyelidikan oleh Vatikan mengungkap sejumlah pelanggaran serius, termasuk penyalahgunaan kekuasaan dan pelecehan seksual yang terjadi dalam organisasi tersebut.
Gerakan SCV didirikan oleh Luis Figari pada tahun 1971 sebagai respons terhadap gerakan teologi pembebasan yang berkembang di Amerika Latin. Pada puncaknya, organisasi ini memiliki sekitar 20 ribu anggota di seluruh Amerika Selatan dan Amerika Serikat.
Namun, sejak awal tahun 2000-an, laporan mengenai berbagai bentuk pelecehan seksual, kekerasan fisik, dan manipulasi psikologis mulai mencuat ke permukaan.
Baca Juga: Ini Jadwal Lengkap MotoGP Mandalika 2024
Luis Figari, yang menjadi sorotan dalam kasus ini, diusir oleh Paus pada Agustus lalu akibat tuduhan sodomi terhadap anggota baru.
Ia dikenal menciptakan lingkungan sektarian dengan kontrol yang sangat ketat, serta melakukan berbagai tindakan yang menimbulkan trauma di antara anggotanya.
Laporan yang dirilis pada 2017 menyebutkan bahwa Figari dituduh melakukan sodomi, memaksa anggota baru untuk terlibat dalam tindakan tidak senonoh, dan secara sadis menikmati penderitaan para anggotanya.
Ia juga diketahui mempermalukan para pengikutnya di depan umum sebagai cara untuk mempertahankan kontrol.
Penyelidikan terbaru yang dilakukan oleh Vatikan dipimpin oleh Uskup Agung Malta, Charles Scicluna, dan Monsinyur Jordi Bertomeu. Investigasi ini mengungkapkan bahwa pelanggaran yang terjadi di SCV tidak hanya dilakukan oleh Figari, tetapi juga melibatkan imam dan anggota gereja lainnya.
Baca Juga: Pemkot Pontianak Keluarkan Larangan Penggunaan Kantong Plastik Mulai 2025
Para pelaku diduga meretas komunikasi pribadi korban dan berusaha menutupi kejahatan tersebut dengan menyalahgunakan posisi resmi mereka.
Salah satu nama penting yang dipecat adalah Uskup Agung Jose Antonio Eguren, yang sebelumnya telah dipaksa mengundurkan diri sebagai Uskup Piura pada April 2024.
Eguren memiliki catatan kontroversial, termasuk menggugat jurnalis Pedro Salinas dan Paola Ugaz yang menulis buku berjudul "Setengah Biksu, Setengah Prajurit," yang mengungkap berbagai kebobrokan dalam SCV.