Untuk mengatasi penyebaran PMS, langkah pencegahan yang efektif termasuk edukasi dan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran, Program sosialisasi dan edukasi menjadi kunci dalam pencegahan PMS.
Kampanye pendidikan seksual sedari dini dilakukan di sekolah-sekolah dan komunitas untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya praktik seksual yang aman.
Penggunaan kondom secara konsisten dan benar, memperluas akses layanan kesehatan, dan mengurangi stigma terhadap orang dengan PMS. Dengan upaya bersama ini, diharapkan angka kasus PMS dapat ditekan dan kesehatan seksual masyarakat dapat ditingkatkan.
Baca Juga: Epidemologi Penyakit Tidak Menular (PTM) Di Sumatera Utara
Untuk menanggulangi lonjakan kasus PMS, pemerintah telah mengingkatkan distribusi kondom gratis dan meningkatkan layanan konseling di klinik-klinik kesehatan.
Program terapi antiretroviral (ARV) diperluas untuk memberikan pengobatan kepada penderita HIV/AIDS.
Selain itu, klinik kesehatan di berbagai wilayah menyediakan layanan tes PMS gratis untuk masyarakat, memfasilitasi deteksi dini dan pengobatan yang lebih efektif.
Pemerintah bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan organisasi internasional untuk memperkuat kampanye ini, termasuk memberikan informasi tentang penggunaan kondom, pemeriksaan kesehatan rutin, dan menghindari perilaku berisiko.
Sumatera Utara juga menerima dukungan dari organisasi internasional seperti World Health Organization (WHO) dan United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) dalam memerangi PMS.
Kerjasama ini mencakup pelatihan tenaga medis, peningkatan fasilitas kesehatan, dan kampanye publik yang lebih luas, membantu memperkuat program pencegahan dan pengobatan.
Salah satu upaya yang membuahkan hasil baik dan masih dilakukan di Uganda hingga saat ini, yaitu pendekatan ABC (Abstinence, Being Faithful, Using Condoms) yaitu menahan nafsu, setia dan menggunakan kondom.
Secara keseluruhan, evolusi pendekatan ABC dalam pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS) di Uganda mencakup perluasan dan penyesuaian konsep ABC untuk mencakup upaya pencegahan IMS secara lebih menyeluruh.
Ini melibatkan penguatan pendidikan seks yang menyeluruh, integrasi dengan layanan kesehatan seksual dan reproduksi, pemberdayaan perempuan, integrasi dengan program pencegahan HIV/AIDS, serta penggunaan teknologi dan inovasi.
Evolusi ini menekankan pentingnya adaptasi terhadap perubahan epidemiologi IMS, perubahan dalam pola perilaku seksual, dan tantangan baru seperti resistensi antibiotik.