Epidemiologi Stunting di Sumatera Utara

photo author
- Kamis, 6 Juni 2024 | 07:43 WIB
Pencegahan stunting di Sumatera Utara. (Realitasonline.id/Freepik)
Pencegahan stunting di Sumatera Utara. (Realitasonline.id/Freepik)

Penulis: Martha Lena Susanti Br Siahaan SKep Ners dan Dr Siti Zahara Nasution SKp MNS (Program Studi Magister Ilmu Keperawatan USU)

Realitasonlin.id| Stunting merupakan gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai (WHO, 2020).

Fak tor penyebab stunting dapat dikelompokan menjadi penyebablangsung dan tidak langsung. Praktik pemberian kolostrum dan ASI eksklusif, pola konsumsi anak, dan penyakit infeksi yang diderita anak menjadi faktor penyebab langsung yang mempengaruhi status gizi anak dan bisa berdampak pada stunting.

Sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah akses dan ketersediaan bahan makanan serta sanitasi dan Kesehatan lingkungan (Rosha et al., 2020).

Baca Juga: Epidemiologi Penyakit Malaria Di Sumatera Utara

Menurut data dari United Nations Childrens Fund, World Health Organization, World Bank Group (2021) pada tahun 2020, secara global 149,2 juta atau sekitar 22% anak usia dibawah lima tahun mengalami Stunting. Benua Asia berada diposisi kedua tertinggi dengan pravalensi balita yang mengalami Stunting yaitu sebesar 21,8%.

Indonesia merupakan negara kedua tertinggi di regional Asia Tenggara yang mengalami kejadian Stunting dengan prevalensi sebesar 31,8%.

Hasil Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2022 prevalensi Stunting di Indonesia sebesar 21,6%, hal ini menunjukkan penurunan sebesar 2,8% dari tahun sebelumnya yang mencapai 24,4% pada tahun 2021.

Situasi terbaru Stunting berdasarkan survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia mengalami penurunan sebesar 2,8% dari 24,4% pada tahun 2021 menjadi 21,6% pada tahun 2022.

Sementara itu, prevalensi stunting di provinsi Sumatera Utara yang menjadi peringkat 19 di tahun 2022 dimana yang sebelumnya peringkat 17 di Indonesia juga mengalami penurunan sebesar 4,7% dari 25,8% tahun 2021 menjadi 21,1% pada tahun 2022.

Bila dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan pada Perjanjian Kinerja Tahun 2022 yaitu 22,15%, maka prevalensi stunting pada balita di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2022 telah mencapai target.

Baca Juga: Epidemiologi DBD di Sumatera Utara

Sebagian besar kabupaten/kota di Sumatera Utara mengalami penurunan dimana 2 kabupaten dari 26 Kabupaten/kota mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan tahun 2022, yaitu Kabupaten Labuhanbatu Utara mengalami penurunan tertinggi sebesar 23,6% dan Nias Utara 22,5% tetapi terdapat 9 Kabupaten/Kota yang mengalami kenaikan, yaitu Tapanuli Selatan 8,6%, Tapanuli Tengah 5,2%, Kota Tebing Tinggi 2,3%, Humbang Hasundutan 2,9%, Nias Barat 1,5%, Deli Serdang 1,4%, Serdang Bedagai 1,1%, Kota Tanjung Balai 0,8%, dan Tapanuli Utara 0,7%.

Angka kasus stunting tertinggi ada di Kabupaten Tapanuli Selatan sebesar 39,4% dan Tapanuli Tengah sebesar 30,5% (SSGI,2022).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ayu Kesuma Ningtyas

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kota Medan Kirim 5 Armada Damkar ke Aceh Tamiang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43 WIB

UMP Sumut 2026 Naik 7,9 Persen Kini jadi Rp3.228.971

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:07 WIB
X