Oleh : Rouli Hertati Hutabarat, S.Kep.,Ners & Dr.Siti Zahara Nasution, S.Kp., MNS (Program Magister Ilmu Keperawatan F.Kep. USU)
Setiap tahunnya, diperkirakan 400.000 anak-anak dan remaja usia 0-19 tahun di diagnosa dengan kanker, kasus kanker yang paling sering muncul antara lain : Leukimia, Kanker Otak, Lymphoma dan tumor solid seperti Neuroblastoma dan Tumor Wilms.
Di Indonesia sendiri, WHO melaporkan pada tahun 2020 sebanyak 7574 anak usia 0-14 tahun terdiagnosa kanker. Sebanyak 2251 di diagnosa dengan Leukimia Lhympoid Akut, 382 dengan Hodgkin Lymphoma, 245 dengan Retinoblastoma, 360 dengan Wilms Tumour dan 4027 anak lainnya dengan diagnosa dengan jenis kanker anak lain (Pangribowo, 2019).
Pengembangan pengobatan kemoterapi yang intensif telah memberikan kontribusi yang sangat besar pada kesuksesan penyembuhan Kanker pada anak, yang juga meningkatkan tingkat kesembuhan hampir semua jenis tumor yang muncul pada anak anak, namun meskipun pengobatan kemoterapi terus berkembang
secara intensif, mual muntah yang disebabkan kemoterapi tetap menjadi salah satu efek yang paling menyusahkan pada anak yang sedang dalam pengobatan kemoterapi, hal ini juga berhubungan dengan penurunan kualitas hidup yang signifikan dan diakui oleh pasien sebagai efek samping paling merugikan
(Ruggiero et al., 2018).
Efek samping mual muntah dapat mengganggu psikis dari pasien selain itu juga dapat mengganggu kestabilan elektrolit, perubahan di system imun, gangguan nutrisi (Varkaneh, 2020).
Mual muntah muncul pada 70-80% pasien yang menjalani kemoterapi, meskipun obat antiemetic dapat mengurangi mual dan muntah, tetap saja diperkirakan 30-60% pasien masih tetap mengalami mual dan muntah (Huang et al., 2017).
Peppermint merupakan tanaman obat yang telah mendapat banyak perhatian dari industry bidang obat-obatan maupun makanan akibat khasiatnya untuk kesehatan.
Baca Juga: Bukan Tak Boleh Tapi Nggak Disarankan Makan Buah Tanpa Biji, dr Zaidul Akbar Sampaikan Alasannya
Minyak peppermint memiliki aroma yang segar dan tajam dari menthol berwarna kuning kuning pucat dan tidak terlalu kenal.
Minyak ini telah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional untuk saluran cerna contohnya kolik abdomen, diare, mual, muntah, morning sickness dan anoreksia (Balakrisnan,2015).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sapty Ayubhana dan Uswatun Hasanah pada tahun 2020 menunjukkan bahwa pemberian aromaterapi peppermint terbukti efektif dalam pengurangan mual dan muntah .Hasil dari penelitian lainnya membuktikan bahwa adanya hubungan aromaterapi peppermint dan penggunaannya efektif untuk mengurangi rasa mual muntah pada pasien kemoterapi dengan hasil p-value group intevensi lebih kecil (0.001) dari pada group control (0.02).
Pemberian aromaterapi peppermint akan dilakukan dengan menggunakan Diffuser, dimana minyak akan dimasukkan ke dalam diffuser dan di di letakkan dengan jarak 10-20 cm dari tempat tidur pasien, kemudian pasien akan diberikan waktu 5-10 menit untuk menghirup aromaterapi sambil menarik nafas secara dalam dan perlahan lahan menghembuskannya dan di lakukan 3x/hari.