OLEH: Evelina Naibaho, S.Kep.,Ners dan Dr. Siti Zahara Nasution, S.Kp.,MNS (Program Magister Ilmu Keperawatan F.Kep. USU)
Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang mempunyai angka mortalitas cukup tinggi dan merupakan jenis keganasan yang paling sering menyerang wanita.
Angka prevalensinya cenderung terjadi peningkatan dari tahun ke tahun terutama pada negara-negara sedang berkembang yang sering berakibat fatal karena keterlambatan diagnosis, yang berarti juga keterlambatan pengobatan sehingga seringkali ditemukan dalam keadaan stadium akhir.
Kanker payudara (carcinoma mammae) merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker ini mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Masita, 2019).
Berdasarkan data GLOBOCAN (Global Burden of Cancer), International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui bahwa pada tahun 2018 terdapat 18,1 juta kasus baru kanker dan 9,6 juta kematian akibat kanker di seluruh dunia.
Diperkirakan kasus kanker tahunan akan meningkat dari 18,1 juta menjadi 22 juta dalam dua dekade berikutnya.
WHO memperkirakan pada tahun 2030 insiden kanker mencapai 26 juta orang dan 17 juta diantaranya meninggal akibat kanker (World Health Organization, 2019).
Menurut WHO (2018) prevalensi kanker payudara sebesar 80.653.000 kasus dimana kanker ini paling ba`nyak diderita oleh kaum wanita.
Baca Juga: Bukan Tak Boleh Tapi Nggak Disarankan Makan Buah Tanpa Biji, dr Zaidul Akbar Sampaikan Alasannya
Terdapat 58.256.000 kasus terjadi di negara berkembang dan menyebabkan 22.692.000. Saat ini kanker payudara menjadi ancaman yang serius di dunia dan juga menjadi masalah besar di Indonesia maupun di negara lain.
Kanker payudara merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di kalangan Wanita. Kanker payudara menjadi kasus tertinggi kedua di dunia mencapai 2098 juta jiwa (11,6%), dan 627000 jiwa diantaranya (6,6%) menyebabkan kematian.
Prevalensi kanker payudara tertinggi di Indonesia terdapat di Kota Yogyakarta yaitu sebesar 2,4% disusul oleh Propinsi Kalimantan Timur sebesar 1,0% dan Sumatera Barat sebesar 0,9%. Sedangkan di propinsi Sumatera Utara sebesar 0,4%.
Pasien yang terdiagnosis kanker payudara memiliki peningkatan risiko depresi, kecemasan, gangguan kognitif, gangguan tidur dan gangguan seksual.
Diagnosis kanker menimbulkan reaksi psikofisiologis yang kuat yang kemudian menjadi tanda dari kondisi stres. Stres dialami semua pasien, tetapi jarang dibahas dalam interaksi selama masa perawatan, sehingga jarang terdiagnosis dan sangat minim yang mendapat rujukan untuk memperoleh berbagai layanan pendukung.