“Perlu dipahami bahwa perayaan Maulid Nabi Saw merupakan salah satu cara menyelenggarakan silaturahmi untuk menyemangati dan mengajak saudara-saudara muslim agar lebih mengenal, mencintai dan melindungi Nabi Muhammad Saw”.
Menurutnya, perbandingan dengan para sahabat Nabi Saw yang tidak merayakan Maulid Nabi, merupakan perbandingan yang salah, karena para Sahabat merasakan tingginya rasa cinta terhadap Nabi Saw.
Baca Juga: Dunia Tempatnya Bermujahadah, Ustaz Hanan Attaki: Wajar Jika Manusia Merasa Lelah
Para sahabat juga ikut berjuang melindungi Nabi Saw. Jika ada yang berpaling dari Nabi Muhammad, para sahabat menitikkan air mata.
“Para sahabat semakin mencintai Nabi Muhammad Saw, sedangkan kita umat Islam tidak melihat Nabi secara langsung, sehingga perlu melihat sejarah Nabi Saw,” kata Buya Yahya.
Menurut Buya Yahya, sebagian yang menentang Maulid Nabi adalah mereka yang mengubah definisi maulid.
Ada yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad Saw tidak pernah merayakan hari lahirnya, hal itu memang ada, namun menurutnya hakikat merayakan hari lahir tidak seperti itu.
Dalam perayaan Maulid Nabi, jemaah yang hadir mendapat motivasi untuk mengenal, mencintai dan melindungi Nabi Muhammad Saw.
“Merayakan Maulid Nabi ada tujuannya, bukan sekedar makan tapi ada penambahnya, dibalik itu ada sedekah, silaturahmi, tujuan utamanya adalah mengenal Nabi Muhammad Saw”.
Selama bulan Rabiul Awal, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak shalawat, termasuk membaca shalawat sesuai sunnah. (TRI)