Realitasonline.id - Istilah "quiet quitting" mungkin terdengar asing, namun belakangan ini ramai diperbincangkan di media sosial.
Berbeda dengan "resign" atau pengunduran diri, quiet quitting bukan berarti berhenti bekerja secara total.
Lalu, apa sebenarnya quiet quitting itu?
Quiet quitting mengacu pada sebuah tren di mana karyawan memilih untuk tidak lagi melampaui ekspektasi pekerjaan mereka.
Baca Juga: Istilah Tren Fashion Baru di TikTok Glamspo, Simak Begini Penjelasan dan Fakta Menariknya!
Mereka fokus pada jam kerja yang ditentukan, menolak pekerjaan tambahan di luar jam kerja, dan tidak lagi berusaha untuk "mendapatkan promosi".
Alasan di balik tren ini beragam:
Kelelahan dan stres: Banyak karyawan merasa kelelahan dan stres akibat tuntutan pekerjaan yang tinggi. Quiet quitting menjadi cara mereka untuk menjaga kesehatan mental dan keseimbangan hidup-kerja.
Ketidakadilan: Karyawan mungkin merasa tidak dihargai atas kerja keras mereka, atau melihat ketidakadilan dalam sistem penghargaan di perusahaan. Quiet quitting menjadi bentuk protes mereka terhadap sistem yang tidak adil.
Baca Juga: Masih Muda tapi Sering Pikun? Lakukan 5 Kebiasaan Jitu Ini Agar Mempertajam Daya Ingatmu
Penemuan makna: Di luar pekerjaan, banyak karyawan menemukan makna dan kebahagiaan dalam kegiatan lain. Quiet quitting memberi mereka waktu dan energi untuk mengeksplorasi minat dan passion mereka.
Manfaat quiet quitting:
Keseimbangan hidup-kerja: Quiet quitting membantu karyawan mencapai keseimbangan yang lebih baik antara kehidupan pribadi dan profesional.
Kesehatan mental: Dengan mengurangi stres dan kelelahan, quiet quitting dapat membantu meningkatkan kesehatan mental dan kebahagiaan.