Realitasonline.id | Hiperaktivitas impulsif adalah sebuah kondisi di mana seseorang menunjukkan perilaku yang berlebihan dan kurangnya kontrol diri. Hal ini dapat termanifestasi dalam berbagai cara, seperti:
- Aktivitas fisik yang berlebihan: Kesulitan untuk duduk diam, gelisah, berlarian, atau memanjat di tempat yang tidak seharusnya.
- Impulsivitas: Berbicara tanpa menunggu giliran, memotong pembicaraan orang lain, bertindak tanpa memikirkan konsekuensi, atau mengambil barang milik orang lain tanpa izin.
Baca Juga: Pejuang Kerja Yuk Simak! Jenis Psikotes yang Sering Ditemui dalam Rekrutmen Kerja
- Kesulitan berkonsentrasi: Mudah teralihkan perhatiannya, mudah lupa, dan sulit menyelesaikan tugas.
- Kesulitan mengontrol emosi: Mudah marah, frustrasi, dan ledakan amarah.
Penyebab
Penyebab hiperaktivitas impulsif belum diketahui secara pasti, namun diduga terkait dengan faktor genetik, neurologis, dan lingkungan. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko hiperaktivitas impulsif antara lain:
Baca Juga: Sering Gagal Dalam Urusan Percintaan? Barangkali Tipe MBTI-mu Salah Satu yang Ada Disini
Riwayat keluarga dengan ADHD: Anak-anak yang memiliki orang tua atau saudara dengan ADHD lebih berisiko untuk mengalami kondisi ini.
Kelainan prenatal: Paparan zat berbahaya seperti alkohol, tembakau, atau obat-obatan selama kehamilan dapat meningkatkan risiko ADHD pada anak.
Trauma kepala: Cedera pada kepala dapat mengganggu perkembangan otak dan meningkatkan risiko ADHD.
- Kurang fokus: Anak mudah teralihkan perhatiannya, sulit menyelesaikan tugas, dan sering melamun.
- Hiperaktif: Anak gelisah, tidak bisa diam, dan suka berlari-lari.
- Impulsif: Anak sering memotong pembicaraan orang lain, bertindak tanpa berpikir, dan sulit menunggu giliran.
- Kesulitan belajar: Anak sulit mengikuti instruksi, mudah lupa, dan membuat kesalahan ceroboh.
- Masalah sosial: Anak mudah bertengkar, impulsif dalam bermain, dan kesulitan menjalin pertemanan.
Baca Juga: Perbedaan INTJ-A dan INTJ-T dalam Kepribadian MBTI : Serupa Namun Tak Sama!
Terapi yang Cocok:
Terapi perilaku kognitif (CBT): Membantu anak mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang tidak sehat.
Terapi okupasi: Membantu anak mengembangkan keterampilan motorik halus dan kasar, serta koordinasi dan keseimbangan.