Harga Minyak Mentah Brent Turun 98 Sen Bersandar di Level US$88,52 Per Barel

photo author
- Senin, 29 April 2024 | 18:47 WIB
Harga Minyak Mentah Brent Turun 98 Sen Bersandar di Level US$88,52 Per Barel
Harga Minyak Mentah Brent Turun 98 Sen Bersandar di Level US$88,52 Per Barel

realitasonline.id - Pada perdagangan Senin (29/4/2024) harga minyak mentah turun 1% menghapus kenaikan dari hari Jumat lalu.

Di mana Perundingan perdamaian Israel-Hamas di Kairo meredakan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Timur Tengah dan data inflasi Amerika Serikat (AS) semakin meredupkan prospek penurunan suku bunga dalam waktu dekat.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent turun sebanyak 98 sen atau 1,09% menjadi US$88,52 per barel pada 0644 GMT.

Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 83 sen atau 0,99% menjadi US$83,02 per barel.

“Peningkatan upaya untuk menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hamas meredakan ketegangan geopolitik dan berkontribusi pada lemahnya pembukaan pada hari Senin,” kata analis pasar IG Tony Sycamore.

Delegasi Hamas akan mengunjungi Kairo pada hari Senin untuk melakukan pembicaraan damai, kata seorang pejabat Hamas kepada Reuters.

Menteri luar negeri Israel mengatakan pada hari Sabtu bahwa rencana serangan ke Rafah, tempat lebih dari satu juta pengungsi Palestina berlindung, dapat ditunda jika terjadi kesepakatan yang melibatkan pembebasan sandera Israel.

Juru bicara Gedung Putih mengatakan Israel setuju untuk mendengarkan kekhawatiran AS mengenai dampak kemanusiaan dari potensi invasi tersebut.

Pasar juga mewaspadai tinjauan kebijakan Federal Reserve pada 1 Mei.

"Yang juga berperan adalah kegelisahan menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal minggu ini yang diperkirakan akan berlangsung dengan nada yang lebih hawkish," kata Sycamore.

Inflasi AS naik 2,7% dalam 12 bulan hingga Maret, data pada hari Jumat menunjukkan, di atas target The Fed sebesar 2%.

Inflasi yang lebih rendah akan meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga, yang akan merangsang pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

“Inflasi AS yang tinggi memicu kekhawatiran akan suku bunga yang ‘lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama’”, yang menyebabkan penguatan dolar AS dan memberikan tekanan pada harga komoditas, kata analis pasar independen Tina Teng.

Dolar menguat di tengah prospek suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama. Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi mereka yang memegang mata uang lainnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Cut Yuliati

Rekomendasi

Terkini

ATR/BPN Permudah Masyarakat Cek PPAT Digital

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:17 WIB
X