Harga Minyak Mentah Disokong oleh Kekhawatiran Pasokan Akibat Konflik di Timur Tengah yang Berlanjut

photo author
- Selasa, 14 Mei 2024 | 14:47 WIB
Harga Minyak Mentah Disokong oleh Kekhawatiran Pasokan Akibat Konflik di Timur Tengah yang Berlanjut
Harga Minyak Mentah Disokong oleh Kekhawatiran Pasokan Akibat Konflik di Timur Tengah yang Berlanjut

realitasonline.id - Pada perdagangan Jumat (26/4/2024) harga minyak mentah disokong oleh kekhawatiran pasokan akibat konflik di Timur Tengah yang berlanjut.

Harga minyak naik pada awal perdagangan pada hari Jumat. Para pelaku pasar mempertimbangkan komentar Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS).

Bahwa perekonomian negara tersebut kemungkinan berada dalam posisi yang lebih kuat daripada yang ditunjukkan oleh data kuartal pertama yang lemah.

Diperdagangan hari ini, harga minyak WTI naik 0,39% ke US$ 83,90 per barel. Sedangkan harga minyak Brent naik 0,38% ke US$ 89,35 per barel.

Dalam sepekan, harga minyak WTI menguat 2,04%. Pada periode yang sama, harga minyak Brent menguat 2,36%.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi AS kemungkinan lebih kuat dari yang ditunjukkan oleh data triwulanan yang lebih lemah dari perkiraan.

Kemarin, Departemen Perdagangan AS merilis data pertumbuhan ekonomi 1,6% di kuartal pertama. Angka ini lebih rendah ketimbang prediksi 2,4%.

Yellen mengatakan pertumbuhan PDB AS untuk kuartal pertama dapat direvisi lebih tinggi setelah lebih banyak data tersedia.

Dia menambahkan, inflasi akan turun ke tingkat yang lebih normal setelah sejumlah faktor “aneh” membuat perekonomian berada pada kondisi terlemahnya dalam hampir dua tahun.

Menimbulkan kekhawatiran terhadap permintaan bahan bakar, stok bensin AS turun kurang dari perkiraan. Stok sulingan meningkat dibandingkan ekspektasi penurunan dalam minggu hingga 19 April, menurut data Badan Informasi Energi (EIA) pada hari Rabu.

Persediaan minyak mentah AS secara tak terduga turun tajam minggu lalu seiring melonjaknya ekspor.

Kekhawatiran mengenai permintaan bahan bakar AS muncul di tengah tanda-tanda menurunnya aktivitas bisnis AS pada bulan April.

Data inflasi dan lapangan kerja yang lebih kuat dari perkiraan menambah ramalan bahwa The Fed akan menunda penurunan suku bunga.

Investor memperhitungkan bahwa Federal Reserve tidak akan menurunkan suku bunga sebelum bulan September.

“Pasar mulai menyadari bahwa jika Anda melihat keseluruhan laporan ke dalam perspektif, angka pertumbuhan yang melambat mungkin terlalu dibesar-besarkan,” kata analis Phil Flynn di Price Futures Group kepada Reuters.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Cut Yuli

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

ATR/BPN Permudah Masyarakat Cek PPAT Digital

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:17 WIB
X