Budidaya entok sebenarnya hampir sama dengan unggas lain seperti ayam dan bebek, namun dalam beberapa hal tentu ada perbedaanya.
Proses penetasan entok lebih banyak dilakukan secara alami yaitu dengan pengeraman, hal ini karena entok juga memiliki tingkat stres yang tinggi
Sehingga dikhawatirkan jika setiap kali bertelur lalu telur tersebut diambil dari induknya maka akan mengakibatkan induk entok stres dan mengganggu proses bertelur selanjutnya.
Pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak entok di Kabupaten Blitar yang juga tergabung dalam beberapa komunitas peternak entok pada umumnya masih menggunakan pakan pabrikan untuk fase starter dan melakukan pencampuran pakan sendiri untuk fase selanjutnya hingga dijual.
Saat ini para peternak pun juga sudah mulai untuk mencoba mencampur pakan dari bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar untuk menekan biaya produksi.
Penjualan entok pedaging tidaklah sulit karena sudah banyak penjual ataupun pengepul yang siap mengambil dan menampung dari para peternak untuk selanjutnya dikirim ke luar kota, bahkan permintaan entok pedaging pun masih cukup besar dan hingga saat ini masih kekurangan pasokan dari para peternak.
Penjualan entok ini dilakukan dengan penimbangan bobot hidup dan saat ini kurang lebih harga entok pedaging kurang lebih Rp. 25.000 /ekor bobot hidup.
Bobot entok layak untuk dijual minimal lebih dari 1 kg hingga 2 kg dengan umur maksimal 2 bulan. Hal tersebut karena jika entok dijual dengan umur lebih dari dua bulan maka akan dihitung per ekor karena konsumsi entok dengan umur lebih dari dua bulan sudah cukup banyak.
Adapun entok hias juga memiliki pasar tersendiri dikalangan penggemar entok. Entok hias pada umumnya dipasarkan secara online dengan memanfatkan media sosial.
Komunitas-komunitas entok yang cukup banyak juga turut memberi andil besar dalam pemasaran.
Harga entok hias ini tidak memiliki patokan tertentu karena memang berdasarkan pada banyak aspek seperti keindahan bulu.
Pada akhir tahun 2019 lalu di Kabupaten Blitar diadakan kontes mentok jumbo nasional yang pesertanya dari berbagai wilayah di Indonesia.
Kontes tersebut menampilkan beberapa kelas diantaranya kelas pedaging dan hias.
Kontes tersebut menunjukkan bahwa ternak entok ini cukup memiliki potensi besar baik untuk pedaging maupun hias yang jika dikembangkan dan dipelihara lebih intensif lagi serta didukung.
Dengan promosi dan pemasaran yang lebih masif tentu akan dapat menjadi salah satu sumber mata pencaharian masyarakat seperti unggas lainnya.