Bunyi perut Jessi yang saling bersautan membuat dirinya tersadar. Ia sedikit terkejut saat melihat sekelilingnya nggak ada orang sama sekali. Lantas, Jessi pun segera mengambil ponselnya.
Tut Tut..
"Waduh, Dian nang ndi nggak iso dihubungi," gerutunya.
Tiga kali ia menelepon temannya itu, tapi sama sekali nggak ada jawaban. Karena perut yang sudah nggak tahan ingin segera makan, akhirnya Jessi pun keluar sejenak untuk membeli makanan.
Awalnya, ia ingin makan berat seperti nasi goreng. Namun, cuma ada makanan ringan saja yang tersisa. Ia pun terpaksa hanya memakan sepotong donat yang tersisa di kantin.
Sembari memakan cemilannya, pikiran Jessi menerawang jauh entah kemana.
Ia sejenak melamun memikirkan lukisannya yang belum selesai, ya bisa dibilang progres-nya saat ini masih 50 persen.
Nggak ingin berlama-lama di sana, Jessi pun kembali ke ruang lukis. Saat menuju ruangan tersebut.
Ia sedikit melirik memperhatikan keadaan sekitarnya yang makin sepi. Maklum saja, sekarang sudah pukul 9 malam dan Jessi masih berkeliaran di kampus demi tugasnya.
Meskipun dalam suasana yang sepi seperti itu, Jessi sama sekali nggak takut akan cerita mistis yang menyelimuti ruang lukis tersebut.
Nggak berselang lama, ia kembali melanjutkan lukisan di depannya.
Dengan santai, Jessi sedikit menyanyikan lagu kesukaannya yakni dari boyband Korea andalannya.
Bogo shipda..
Bogo shipda..
Tiba-tiba..