CETAK!
Jessi menoleh ke arah belakangnya, nggak ada angin apapun palet di meja sana terjatuh mengangetkan dirinya.
"Anj*r!" umpat Jessi.
Ia hanya mengumpat kesal, namun sama sekali acuh dengan siapa yang menjatuhkan palet tersebut. Jessi kembali menyapukan kuasnya di kanvas, sembari mendengarkan lagu kesukaannya.
Tak berselang lama, samar-samar terdengar suara jeritan wanita.
Aakkkhhh...
"Haduh arek-arek iki wes bengi sek jerat-jerit ae," gumamnya.
Jessi mengira suara jeritan itu berasal dari salah satu mahasiswa yang sedang bergurau di luar ruangan. Padahal, jam sudah menunjukkan hampir pukul 10 malam. Ia sedikit terheran dengan suara jeritan itu.
Tanpa pikir panjang, ia tetap mengoleskan kuasnya sedikit demi sedikit. Suasana yang makin sepi makin mencekam, membuat dirinya sedikit merinding.
Ia sedikit melirik kanan kirinya memastikan nggak ada apapun yang bakal mengganggu konsentrasinya lagi. Tapi, baru saja Jessi tenang karna suasana yang sepi, ia malah dikagetkan dengan suara tangisan anak kecil.
Huhuhuu...
Suara tangisan bocah kecil semakin menjadi-jadi di telinganya. Jessi bolak balik menoleh ke sekitarnya mencari sumber suara tapi nihil, nggak ada anak kecil di sana. Sampai ia berdiri mencari ke setiap sudut ruangan.
"Astaga jam nyamene ono suarane bocah nangis, khayal nemen," gumam Jessi yang masih tak terkecoh meskipun ia sedikit merinding.
Jessi kembali duduk menyapukan kuasnya. Entah kebetulan atau nggak, tiba-tiba kuasnya terjatuh ke lantai.
TAK..